Page 8 - modul Pembelajaran Studi AGama kontemporer
P. 8
Selain itu, ada anggapan bahwa pola keberagamaan yang benar adalah
reaktif untuk menggiring kecenderungan perubahan sosial dalam gelombang
modernisasi kepada doktrin dan ajaran agama yang absolut dalam rangka solusi
masyarakat yang sedang mengalamai anomali.
Dengan kata lain, ketidakmampuan untuk melakukan dialog serta
memberikan respon terhadap perubahan sosial yang dahsyat telah melahirkan
escape from freedom (lari dari kebebasan) alam hubungan antara manusia yang
merdeka di tengah kehidupan modern.
Pada penampakan perilaku ekstrim di sebagian kelompok
fundamentalisme, membawa asumsi sementara orang bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tindak kekerasan dengan pengamalan agama (Islam) sehingga
penanganan terhadap sebagian umat beragama (Islam) harus mendapat perhatian
khusus.
Namun sebelum membahas lebih jauh tentang fundamentalisme, perlu
diketahui apakah istilah tersebut memang berasal dari umat Islam sendiri atau
hanya sebuah klaim, dan bagaimana ciri-ciri fundamentalis ini. Pembahasan
selanjutnya akan menerangkan itu semua serta sejarah gerakan fundamentalisme
4
di Indonesia.
Istilah fundamentalis bagi Esposito terasa lebih provokatif dan bahkan
pejoratif sebagai gerakan yang pernah dilekatkan pada Kristen sebagai
kelompok literlis, statis dan ekstrem.Pada gilirannya fundamentalisme sering
merujuk kepada kehidupan masa lalu, bahkan lebih jauh lagi fundamentalisme
sering disamakan sebagai ekstrimisme, fanatisme politik, aktivisme politik,
terorisme dan Anti Amerika. Karena itu, John L. Esposito lebih memilih
menggunakan istilah revivalisme (kebangkitan) Islam atau aktivisme Islam yang
memiliki akar tradisi Islam (Esposito, 1992:7-8).
Istilah fundamentalis bukan berasal dari terminologi Islam, tetapi berasal
dari kata bahasa Inggris yaitu fundament.Sebuah terminologi yang lahir dalam
4 Anonim. Sejarah fundamental. http://digilib.uinsby.ac.id/6542/3/Bab%202.pdf .(diakses
pada tanggal 20 september 2020). 12:23.
4