Page 7 - MAJALAHBELMAWA
P. 7
LAPORAN UTAMA
Peningkatan mutu Perguruan Tinggi (PT) dan Program Studi (Prodi) yang saat ini belum pada kondisi yang ideal. Disparitas mutu PT dan Prodi sangat besar, dari 4.472 PT di Indonesia saat ini baru 65 PT yang
Terakreditasi A dan Prodi Terakreditasi A sebanyak 2.773 Prodi (12% dari 20.342 Prodi Terakreditasi). Data Kemenristekdikti juga menunjukkan bahwa ada korelasi erat antara akreditasi PT dan Prodi dengan kompetensi lulusan PT.
Peningkatan mutu pada dasarnya dapat dilakukan dengan strategi memperbaiki subsistem yang terdiri dari pembelajaran, Sumber Daya Manusia (SDM), struktur, teknologi, dan tata kelola PT. Peningkatan mutu PT selayaknya dirasakan dan bermanfaat bagi seluruh civitas academica dan tenaga kependidikan serta stakeholder lainnya seperti dunia industri. Selain itu, PT tidak hanya dituntut menyiapkan lulusan yang kompeten dan siap kerja, tetapi juga harus mampu melatih lulusan untuk mandiri membuka lapangan kerja bagi dirinya maupun orang lain. Perlu sinergi dengan banyak pihak untuk mewujudkannya.
proses mulai dari hulu hingga hilir. “Nah, untuk meningkatkan mutu, seluruh stakeholder harus merasakan mutu tersebut terlebih dahulu. Misalnya dosen merasakan mutu di lingkungannya baik dan juga bagaimana lulusan merasakan bahwa mutu pendidikan yang diperolehnya baik dan berguna ketika mereka berkiprah di masyarakat,” imbuhnya. Ditjen Belmawa berupaya agar mutu PT benar- benar yang diinginkan dari dalam. Jika tidak, akan sekedar mutu yang bersifat administratif belaka. Warga kampus harus dapat merasakan manfaat mutu PT.
Relevansi mutu PT dengan lulusan terkait uji kompetensi, umumnya berbanding lurus, namun tidak melulu demikian karena banyak faktor penunjangnya. “Untuk mendapat akreditasi yang baik, tidak saja seleksi penerimaan mahasiswa dan proses pembelajaran yang harus baik, fasilitas juga harus memadai.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi lulusan dan mutu PT, serta Prodi di Indonesia yang masih memprihatikan, diperlukan penanganan yang serius dan sistematis. Direktorat Penjaminan Mutu, Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti telah merancang berbagai Program. Program tersebut adalah Program Asuh PT Unggul, Program Penguatan Kopertis, Klinik Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Online, dan Uji Kompetensi Lulusan.
Program Asuh PT Unggul merupakan program untuk meningkatkan layanan, menumbuhkan budaya, serta meningkatkan mutu Prodi melalui penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada PT, yang dilaksanakan dengan program pengasuhan oleh PT unggul. Pengusulan proposal dilakukan oleh PT unggul sebagai pengasuh dan melibatkan PT yang memerlukan pengasuhan untuk pengembangan sistem penjaminan mutu. Pada tahun 2017, Direktorat Penjaminan Mutu menerima 34 proposal dan menetapkan 26 PT Asuh yang akan mengasuh satu hingga tiga Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Asuhan. Masing-masing PT Asuh minimal membina 20 Prodi sehingga total Prodi yang mendapatkan Layanan Mutu Prodi pada program ini sebanyak 520 Prodi. “PT pengasuh adalah PT yang akreditasinya baik, dikenal juga reputasinya baik, dia membantu PT lain. PT pengasuh ini memiliki pengalaman bagaimana meningkatkan atau membudayakan mutu PT,” ucap Intan Ahmad.
Program Penguatan Kopertis dalam Penjaminan Mutu Prodi merupakan program peningkatan mutu Prodi dengan menyusun model kerja penjaminan mutu di Kopertis yang akan memudahkan Direktorat Penjaminan Mutu untuk mendiseminasikan, dan mengimplementasikan SPMI sehingga tercipta budaya mutu di setiap Prodi. Pada tahun 2017,
Konsep mutu, menurut
Kemenristekdikti Intan Ahmad sebenarnya merupakan terminologi yang tidak mudah dipahami banyak orang. “Mutu itu tidak bisa hanya diklaim, tetapi harus bisa dirasakan. Jadi kalau Kita katakan pendidikan Kita bermutu, itu harus dirasakan oleh stakeholder-nya. Misalnya saja, bagaimana PT dapat menghasilkan lulusan yang dapat berkiprah di dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan kualitas kampus tersebut,” jelas Intan Ahmad. Ia yakin sinergi dari berbagai pihak akan signi kan meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia.
Mutu adalah salah satu indikator kualitas (Akreditasi A, B, dan C). “Walaupun saat ini baru sedikit PT saja yang memperoleh Akreditasi A, ini juga patut diapresiasi. Bahkan ada yang telah mendapat akreditasi internasional baik perguruan tinggi negeri maupun swasta,” bangga Intan Ahmad. Ia menegaskan bahwa tantangan dalam upaya meningkatkan mutu PT sangat banyak, termasuk pembelajaran dan kemahasiswaan yang berada di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa).
Ada beberapa tahapan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi.
“Kami selalu menyampaikan kepada pimpinan perguruan tinggi, untuk menyeleksi mahasiswa yang berpotensi akademik baik. Dengan proses yang baik, akan menghasilkan output dan outcome yang baik,” tutur Intan Ahmad. Dirjen Belmawa mengungkapkan bahwa mutu itu merupakan hasil serangkaian
Dirjen
Belmawa,
BAHANA BELMAWA
7