Page 5 - Microsoft Word - BELMAWA23012019.docx
P. 5
Oleh karena itu, tak ayal jika pemerintah berkomitmen untuk terus melanjutkannya dengan meningkatkan kuota penerima menjadi 130.000 penerima di seluruh Indonesia.
Jumlah ini meningkat 44% jika dibandingkan tahun 2018, dengan pengalokasiannya untuk Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta.
Baca juga: Abu Bakar Baasyir Tak Mungkin Bebas Murni, kata Mahfud MD
Untuk mendapatkan beasiswa tersebut, panitia seleksi memberikan persyaratan seperti halnya tahun lalu, yakni merupakan siswa SMA/SMK/MA yang akan lulus pada tahun 2019, jikapun lulusan 2018 maka diharuskan bukan penerima Bidikmisi. Kemudian, calon mahasiswa berusia pada saat mendaftar 21 tahun.
Selain itu, peserta tidak mampu secara ekonomi dengan kriteria khusus seperti, siswa merupakan penerima Beasiswa Siswa Miskin (BSM) atau Pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau sejenisnya.
Jika tidak, ia melanjutkan, maka bisa menyertakan surat keterangan tidak mampu atau surat lainnya yang membuktikan ketidakmampuan untuk memudahkan verifikasi nantinya.
Selain itu, peserta juga harus memiliki potensi akademik baik berdasarkan rekomendasi objektif dan akurat dari Kepala Sekolah.
Untuk memastikan keabsahan data-data ini, ia mengatakan, panitia seleksi akan melakukan kunjungan langsung ke kediaman calon mahasiswa penerima Bidik Misi.
Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, peserta penerima beasiswa Bidikmisi ini kebanyakan berasal dari Sumsel, namun ada juga dari Aceh dan terjauh dari Kalimatan Timur.
Selain itu juga pemerintah telah mengalokasikan Bidikmisi pada Program Profesi Guru (PPG) selain profesi dokter, dokter gigi, dokter hewan, ners dan apoteker yang telah ada sebelumnya. Lalu menambah alokasi penerima Bidikmisi khusus mahasiswa difabel.
Tag : universitas sriwijaya, bidikmisi