Page 116 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 JULI 2021
P. 116

19  disebutkan,  penyesuaian  besaran  upah  sebagai  dampak  PPKM  Darurat  harus  didasari
              kesepakatan tertulis. “Serta hasil dialog bipartit antara pekerja dan perusahaan."
              Pabrik bisa tutup

              Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma
              Gita Wirawasta keberatan karena selama ini perusahaan sudah menerapkan protokol kesehatan.
              “Kami di hulu, tenaganya sebetulnya sudah nggak banyak. Mungkin per seratus meter hanya
              ada  10  pekerja  karena  mesin  kami  besar-besar,”  katanya  kepada  Lokadata.id,  Jumat
              (16/7/2021).

              Selain itu, selama PPKM darurat APSyFI telah menuruti aturan pemerintah bagi sektor esensial.
              Dalam ketentuan itu, pekerja di sektor esensial bisa beroperasi dengan maksimal 50 persen staf
              di  fasilitas  produksi.  Namun,  Redma  mengatakan  ada  perbedaan  antara  aturan  pemerintah
              tersebut dengan implementasinya.

              Dalam implementasinya, pengurangan karyawan sebanyak 50 persen ternyata diterapkan per
              shift. Alhasil, perusahaannya pernah kena sidak Satgas Covid-19. “Jadi kita running 24 jam yang
              terdiri dari 3 shift. Dari pembagian itu, sebenarnya staf yang bekerja hanya 30 persen," kata
              Redma.

              Namun, pola kerja itu dianggap keliru. Perusahaannya harus menguranginya jadi separuhnya.
              Perusahaannya hanya boleh mempekerjakan 15 persen karyawan setiap shift-nya. Akibatnya
              ada 1-2 line shift yang mati. Shift malam juga dilarang, sehingga hilang lagi 1 shift. "Kalau nanti
              dikurangi lagi, pengaruhnya ke tingkat produksi.”
              Padahal, butuh satu minggu untuk mematikan mesin polimerisasi yang ada di pabrik pemintal
              benang. Mematikannya juga butuh waktu bertahap. Dengan demikian, katanya, satu shift yang
              hilang akan mengganggu kerja mesin polimerisasi di pabrik.

              “Kita itu mengolah chemical menjadi serat dan benang. Mematikan mesinnya itu harus sedikit-
              sedikit dan lama. Jadi kalau shift malamnya hilang, itu sama saja dengan mematikan mesin
              secara full selama PPKM Darurat,” kata Redma.

              Ia menambahkan sudah ada pekerja di sektor ini yang dirumahkan dan upahnya masih dibayar.
              Saat ini, APSyFI sedang mengajukan kompensasi kepada pemerintah agar memberikan subsidi
              kepada para pekerja yang dirumahkan. Selain itu, Ia juga hendak meminta agar tak dibebani
              bunga bank selama perusahaannya tutup total.

              “Kalau PPKM Darurat diperpanjang akan ada kemungkinan pabrik tutup. Yang di sektor hilir saja
              sudah susah distribusinya karena market untuk jualan baju ditutup. Padahal, stok masih banyak,”
              kata dia.

              Bisa kurangi produksi

              Sekretaris  Jenderal  Asosiasi  Industri  Olefin,  Aromatik  dan  Plastik  (Inaplas)  Fajar  Budiyono
              mengatakan,  saat  ini  kantor  Inaplas  yang  berada  di  Jakarta  sudah  menerapkan  90  persen
              bekerja dari rumah selama tiga pekan. “Tinggal 10 persen seperti data dan monitoring security
              yang bekerja di kantor,” katanya kepada Lokadata.id.

              Sementara itu, jumlah karyawan yang bekerja di kantor hanya sebesar 25 persen, terutama di
              bagian  administrasi.  Di  tempat  kerja  pun,  jarak  sudah  diatur  dengan  pelaksanaan  protokol
              kesehatan yang ketat. Perusahaan bahkan menyediakan fasilitas antar-jemput pekerja untuk
              menekan laju penularan virus.




                                                           115
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121