Page 75 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 APRIL 2021
P. 75

"Perusahaan  jika  tidak  mampu  membayar  THR  harus  dapat  membuktikan  ketidakmampuan
              untuk  membayar  THR  Keagamaan  tahun  2021  secara  tepat  waktu,  berdasarkan  laporan
              keuangan internal perusahaan yang transparan," katanya.

              Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Sukoharjo M. Yunus Ariyanto
              mengakui, kondisi perusahaan saat pandemi berbeda. Ada perusahaan yang masih bisa survive
              dan  ada  perusahaan  yang  terpuruk.  Sehingga,  kemampuan  perusahaan  berbeda  dalam
              membayar THR.

              "Meski didera pandemi, perusahaan di Sukoharjo tetap berkomitmen membayar penuh THR.
              Penuh  ini  artinya  bisa  tunai  seperti  SE  Kemenaker  atau  penuh  tapi  dicicil.  Itu  kan  bisa
              didiskusikan dengan pekerja," kata Ari.

              Menurut Ari, sebenarnya perusahaan ingin supaya perusahaan dan buruh bisa bipartid mencari
              jalan terbaik pembayaran THR. Namun, apa daya, Kemenaker menghendaki THR dibayarkan
              penuh. Diakui Ari, buruh butuh THR untuk kebutuhan hari raya. Di sisi lain perusahaan kondisinya
              terpuruk.

              "Sebenarnya  itu  memberatkan  bagi  kita  di  tengah  pandemi  ini,  karena  kondisi  perusahaan
              berbeda. Kalau dari Apindo statemen-nya tetap bahwa bagi perusahaan yang mampu tentu saja
              berkewajiban memenuhi SE Kemenaker. Tapi di sisi lain, kita kan tidak bisa menutup mata ada
              perusahaan yang terpuruk, apakah harus dipaksakan? Tidak bisa didiskusikan? Dengan serikat
              pekerja  atau  secara  bipartid  dengan  pekerja,  sehingga  ada  win-win  solution  yang  tidak
              merugikan salah satu pihak," kata Ari.

              Sementara itu, Ketua Serikat Pekerja Republik Indonesia (SPRI) Sukoharjo Sukarno menyebut,
              THR harus dibayar penuh dengan kontan, tidak dicicil. Sukarno mengakui kondisi masing-masing
              perusahaan  tidak  sama  karena  dampak  pandemi.  "Memang  ada  peluang  untuk  dibicarakan
              bipartid," kata Sukarno.

              Menurut  Sukarno,  pihaknya  sudah  memantau  ke  sejumlah  perusahaan.  Ternyata,  ada
              perusahaan yang menyicil THR bagi karyawannya. Hanya saja, serikat pekerja tidak bisa berbuat
              banyak, karena sudah menjadi kesepakatan antara perusahaan dan buruh.

              "Kami sudah pantau ke beberapa perusahaan, ada yang dibayar lima kali. Kan lucu, kasihan
              buruhnya," katanya.

              Serikat pekerja, kata Sukarno, bersama pemerintah dan pengawas akan membuka posko THR.
              Jika ada buruh yang keberatan atau tidak puas dengan THR, bisa mengadukan.

              "Kalau tidak mampu bayar kontan THR kan juga harus ada audit, harus ada laporan transparan.
              Menurut aturan, kalau dicicil kan ada dendanya, kira-kira 5 persen. Nah, nanti bisa diadukan di
              posko, di BLK Sukoharjo, bisa adukan kalau tidak puas," katanya.

              (kwl/adi/ria).
















                                                           74
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80