Page 150 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 JUNI 2021
P. 150

SERIKAT BURUH MINTA JOKOWI ROMBAK MANAJEMEN PLN, KENAPA?

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meminta Presiden Jokowi untuk mencopot jajaran
              direksi  dan  komisaris  PT  (Persero).  Pernyataan  ini  disampaikan  Presiden  KSPI  Said  Iqbal
              menyikapi masalah pembayaran THR terhadap pekerja alih daya atau di PLN.

              KSPI bersama dengan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), yang juga menaungi
              para pekerja PLN, meminta terutama pencopotan ini dilakukan terhadap Direktur Utama dan
              Direktur SDM di BUMN setrum. Selain karena persoalan ketenagakerjaan, permintaan tersebut
              dilayangkan atas dasar besarnya total utang PLN.

              "Kami minta berhentikan direksi dan komisaris PLN, periksa itu kenapa utang Rp 500 triliun,
              kenapa hak buruh dilanggar. Terutama Dirut dan Direktur SDM, mudah-mudahan Pak Presiden
              Jokowi  bisa  sampai  persoalan  ini  ke  beliau,  buruh  outsourcing  PLN  itu  tidak  diberlakukan
              manusiawi," jelas Said Iqbal dalam virtual conference, Kamis (10/6).

              Said Iqbal mengatakan, permasalahan tidak penuhnya THR yang diterima pekerja PLN terjadi
              lantaran diterbitkannya peraturan direksi. Di mana dalam aturan tersebut, terdapat instruksi agar
              THR dibayarkan tanpa tunjangan kinerja dan tunjangan delta.

              Selain bakal melayangkan permintaan langsung pada Jokowi, serikat buruh juga bakal meminta
              DPR RI khususnya Komisi IX untuk memanggil jajaran direksi dan komisaris PLN. Surat yang
              sama, akan ditujukan pula untuk Menteri BUMN Erick Thohir.

              Selanjutnya,  mereka  juga  meminta  Kementerian  Ketenagakerjaan  memfasilitasi  pembuatan
              perjanjian kerja bersama antara para pekerja dengan manajemen PLN.

              "Kami   meminta     DPR    RI,   Komisi   IX,   memanggil    direksi   dan   komisaris   PLN
              mempertanggungjawabkan  terhadap  THR  yang  tidak  dibayarkan  sesuai,  upah  lembur,  dan
              kesejahteraan lainnya. Surat akan kami layangkan oleh FSPMI dan KSPI ke Komisi IX DPR RI,
              Presiden dan juga Menteri BUMN," pungkas Said Iqbal.

              Untuk diketahui, sebelumnya salah satu perusahaan outsourcing yang menaungi tenaga kerja
              alih daya PLN, Haleyora Power Group, menegaskan telah membayarkan THR sesuai ketentuan
              undang-undang  yang  berlaku.  Corporate  Secretary  PT  Haleyora  Power,  Erwin  Ardianto,
              menegaskan perusahaan telah membayarkan kewajiban tersebut secara penuh.

              "Manajemen PT Haleyora Power telah melaksanakan kewajiban pembayaran THR tepat waktu
              dengan jumlah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia," jelas Erwin
              dalam keterangan resmi, Senin (17/5).

              Sementara  di  sisi  lain,  Said  Iqbal  menegaskan,  besaran  tunjangan  yang  diterima  oleh  para
              pekerja ini berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Angka ini tidak termasuk tunjangan kinerja
              dan tunjangan delta.

              "Ada yang terima Rp 1 juta, ada yang terima Rp 2 juta THR 2021, paling tinggi Rp 3 juta, ada
              yang meninggal ketika memperbaiki instalasi listrik. Tapi para direksi menerima, walaupun rugi
              Rp 500 triliun, bonus akhir tahunnya ratusan juta rupiah," tuturnya.












                                                           149
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155