Page 82 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 OKTOBER 2020
P. 82

Bagaimanapun,  pemerintah  agaknya  ingin  langsung  beranjak  menyelaraskan  formulasi
              pengupahan  tahun  depan  dengan  UU  Ciptaker,  alih-alih  memberi  waktu  transisi  dari  skema
              sebelumnya.

              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah berlasan penghitungan upah minimum dengan mengacu
              pada  beleid  sebelumnya  tidak  mungkin  dilakukan  karena  pandemi  telah  mengakibatkan
              perekonomian tumbuh negatif.

              “Kita semua tahu akibat pandemi pertumbuhan ekonomi minus, tidak mungkin bagi kami untuk
              menghitung dengan normal sebagaimana diatur dalam UU Ketenagakerjaan dan PP Pengupahan.
              Kalau dipaksakan mengikuti aturan lama, akan banyak perusahaan yang tidak sanggup bayar
              upah minimum,” kata Ida, kemarin.

              Direktur  Pengupahan  Kemenaker  Dinar  Titus  Jogaswitani  pun  menjanjikan  pemerintah  tetap
              mengedepankan daya beli masyarakat sebagai faktor kunci penetapan upah minimum 2021.

              Atas dasar itu, formulasi upah minium 2021 akan lebih menitikberatkan pada variabel inflasi
              ketimbang pertumbuhan ekonomi.

              Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, formulasi UMP dalam UU Ciptaker tak lagi mewajibkan
              perhitungan dari variabel ganda itu, tetapi boleh hanya salah satunya.

              “Jadi, apakah pilihannya nanti adalah pertumbuhan ekonomi atau inflasi? Pemerintah inginnya
              sih  keduanya. Ternyata harus  pilih  salah  satu. Dengan  mempertimbangkan  faktor daya  beli,
              mungkin nanti yang dipilih adalah inflasi,” ujar Dinar.

              Dinar enggan mengelaborasi lebih jauh ihwal penghapusan UMSK dan tidak diwajibkannya UMK
              dalam UU Ciptaker.

              Nyatanya, di kalangan pekerja, keduanya menjadi masalah. Terlebih, UMSK dan UMK selama ini
              menjadi bantalan pekerja untuk memperoleh upah yang lebih layak.

              GEGABAH

              Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia Timboel Siregar lantas menyarankan pemerintah
              tak gegabah mengebut penyesuaian dan sinkronisasi aturan turunan pengupahan.

              Timboel berpendapat penyesuaian upah yang terlalu terburu-buru akan memantik konflik lebih
              besar  di  kalangan  pekerja.  Terlebih,  sakit  hati  buruh  akibat  pengesahan  UU  Ciptaker  belum
              terobati.

              “Jika pemerintah tidak ingin mengambil risiko dan menyulut konflik yang lebih besar, sebaiknya
              tidak  terburu-buru  membuat  aturan  pelaksana  baru.  Paling  tidak,  siapkan  aturan  untuk
              implementasi pada 2022. Jangan langsung tahun depan.”

              Menurut kalkulasi Timboel, ketentuan upah minimum dalam UU Ciptaker berpotensi membuat
              pendapatan pekerja makin rendah. Terlebih, jika UMSK ditiadakan dan UMK tak lagi diutamakan.

              “Selama ini UMP mendekati nilai UMK terendah. Kita bisa melihat contoh di Jawa Barat, untuk
              Karawang UMK-nya sudah mencapai Rp4,5 juta, bandingkan dengan Banjar yang hanya Rp1,8
              juta. Bukan tak mungkin, nantinya upah minimum pekerja Karawang menjadi Rp2 juta karena
              harus mengacu ke UMP,” jelas Timboel.

              Dengan  upah  yang  berisiko  makin  turun,  daya  beli  pekerja  pun  bakal  kian  lesu.  Akibatnya,
              pengusaha juga akan terimbas.




                                                           81
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87