Page 139 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 JULI 2021
P. 139
Dalam laporan Pathways to Middle Class Jobs in Indonesia, Bank Dunia melaporkan sebanyak
61,8 persen pekerja Indonesia adalah karyawan dan hanya 38,2 persen yang merupakan pemilik
perusahaan atau wirausaha. Dari jumlah karyawan tersebut, setengahnya bekerja tanpa kontrak
dan sisanya merupakan informal.
"Produktivitas tenaga kerja rendah dan ini sebagaimana tercermin dalam biaya tenaga kerja per
unit yang tinggi dibandingkan di kawasan Asia Timur," tulis laporan Bank Dunia, Rabu (30/6).
Selain itu, pekerja formal juga dinilai lambat dalam menciptakan lapangan kerja kelas menengah.
Lapangan kerja yang terbuka itu kebanyakan merupakan perusahaan tua dan sangat besar.
Sementara perusahaan baru sulit untuk mendatangkan pekerja baru.
"Sehingga, hal tersebut membatasi persaingan dan produktivitas. Perputaran ini mencerminkan
ketidakstabilan pekerjaan pada perusahaan," jelasnya.
Bank Dunia juga menyebut, sebagian besar tenaga kerja Indonesia saat ini tidak dilengkapi
keterampilan sebagai pekerja kelas menengah, seperti keterampilan kognitif, interpersonal,
digital, serta pengetahuan sains, teknologi, teknis, matematika, atau bisnis.
Chief Executive Officer Asakreativita, Vivi Alatas, mengatakan bahwa ada berbagai macam
penyebab kualitas pekerja di Indonesia yang masih rendah. Di antaranya adalah kurangnya
peningkatan kemampuan dan keterampilan atau upskilling pada pekerja.
"Hanya 15 persen dari manajemen perusahaan yang memasukkan pelatihan sebagai isu prioritas
yang perlu ditangani dalam perusahaan," kata Vivi.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, saat
ini pemerintah telah menetapkan UU Omnibus Law Cipta Kerja. Beleid ini diharapkan mampu
meningkatkan keterampilan para pekerja.
"Kita sudah memiliki UU Cipta Kerja yang disahkan saat pandemi. Jadi kami harap ini dapat
meningkatkan keterampilan para pekerja dan meningkatkan wirausaha yang inklusif,"
tambahnya.
138