Page 176 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 JULI 2021
P. 176

bertujuan  menangkap  berbagai  pandangan  yang  beragam  dan  representatif  dari  pekerja,
              pemberi kerja, pemerintah, sektor swasta, para pembeli, organisasi non pemerintah, masyarakat
              sipil, peneliti, dan para mitra pembangunan.



              KEMNAKER DAN ILO PERKUAT ATURAN PERLINDUNGAN PEKERJA SEKTOR
              PERIKANAN

              Jakarta--Untuk memperkuat kerangka hukum, kebijakan, dan peraturan terkait migrasi tenaga
              kerja  sektor perikanan dan  pemrosesan  hasil  perikanan  serta  boga bahari  di  Asia Tenggara,
              Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  bersama  International  Labour  Organization  (ILO)
              menyelenggarakan diskusi Program Ship to Shore Rights Southeast Asia, Rabu (21/7/2021).

              Sekjen  Kemnaker  Anwar  Sanusi,  selaku  co-chair  National  Programme  Advisory  Committee
              (NPAC) Meeting, menjelaskan, diskusi konsultasi secara virtual untuk memberikan kesempatan
              berkonsultasi  dengan  para  pemangku  kepentingan  relevan  untuk  mengidentifikasi  area  aksi
              prioritas.

              "Selama diskusi, didapatkan informasi bahwa beberapa pemangku kepentingan telah memiliki
              atau dalam proses mendirikan pusat-pusat layanan untuk sektor perikanan dan pengolahan hasil
              ikan," katanya.

              Dialog  yang  secara  luas  melibatkan  para  pemangku  kepentingan  di  Indonesia  ini  bertujuan
              menangkap berbagai pandangan yang beragam dan representatif dari pekerja, pemberi kerja,
              pemerintah, sektor swasta, para pembeli, organisasi non pemerintah, masyarakat sipil, peneliti,
              dan para mitra pembangunan.

              "Para  peserta  banyak  gagasan  dan  usulan  kegiatan.  Banyak  permasalahan  dalam  sektor
              perikanan muncul dan didiskusikan dan solusi pun ditawarkan dengan niat untuk memperbaiki
              situasi, agar dapat lebih mendukung dan melindungi para pekerja migran," ucapnya.

              Dia  menambahkan  beberapa  pemangku  kepentingan  mengusulkan  adanya  dukungan  bagi
              pengembangan lebih lanjut dari apa yang sudah mereka milii. Namun hingga saat ini, masih
              terkendala adanya ketidaktepatan dalam memahami lingkup dan keefektifan layanan yang saat
              ini diberikan, serta termasuk apa yang dapat dikembangkan kemudian.

              "Misalnya, Kemnaker kini telah memiliki Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) di beberapa lokasi.
              Terkait  awak  kapal  ikan,  beberapa  peserta  merasa  perlu  untuk  meng-upgrade  kurikulum
              pelatihan maritim yang saat ini ada untuk memastikan bahwa kurikulum tetap relevan dengan
              kebutuhan awak kapal ikan migran bekerja di kapal-kapal ikan asing," ujarnya.

              Sementara Koordinator Program Nasional, Ship to Shore Rights Southeast Asia (SEA) Programme
              ILO Alberta Bonasahat, mengungkapkan bahwa tujuan lain dari diskusi Ship To Shore Rights SEA
              ini  yaitu  melindungi  hak-hak  tenaga  kerja  dan mendorong  lingkungan kerja  yang  aman  dan
              nyaman, bagi para pekerja migran sepanjang siklus migrasi, mulai dari masa perekrutan hingga
              akhir masa kontrak kerja.

              Selanjutnya memberdayakan pekerja migran, keluarga mereka, organisasi, dan komunitasnya
              dalam mendorong terwujudnya dan menjalankan hak-hak mereka.

              "Gagasan dan usulan aksi yang mengemuka dalam dialog ditangkap dan didokumentasi, area
              aksi  prioritas  akan  menjadi  dasar  pengembangan  rencana  kerja  Ship  to  Shore  Rights  SEA
              Indonesia," katanya.

              CM.

                                                           175
   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181