Page 187 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 SEPTEMBER 2020
P. 187

Keterangan  itu  disampaikan  terkait  sejumlah  pemberitaan  tentang  ketidakpuasan  ABK  asal
              Indonesia yang bekerja pada kapal ikan Taiwan.
              "Demi menjamin hak pekerja nelayan asing, pemerintah Taiwan sudah menetapkan tata cara
              perizian dan manajemen nelayan asing yang bekerja di luar peraian Taiwan. Pemilik dan pelaut
              wajib  menandatangani  perjanjian  yang  jelas  mengatur  hak  pelaut  asing  tersebut,  di  mana
              dijamin  pembayaran  upah  minimum  nelayan  asing  adalah  US$  450  dan  pemberian  asuransi
              kesehatan dan kematian," tulis TETO.

              Disebutkan, kapal ikan Taiwan menerapkan sistem bonus untuk ABK yang memiliki pengalaman
              serta kemampuan lebih dan bisa mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Namun, diakui, sistem ini
              juga memungkinkan adanya perselisihan, karena eksploitasi waktu kerja yang berlebihan.

              Disebutkan, telah masuk 120 laporan kasus permasalahan upah ABK asing dari Indonesia dan
              kapal ikan Taiwan. Setelah ditelusuri, ditemukan bahwa mayoritas kasus adalah perselisihan gaji
              dan waktu kerja yang berlebihan.
              Berdasarkan  undang-undang  Taiwan,  setelah  melalui  pemeriksaan,  semua  orang  yang
              melanggar akan diberikan sanksi keras atau dihukum. Contohnya, pada 16 Maret 2020, kapal
              Taiwan JIN HSING CHI NO.3 terbukti melakukan kecurangan melalui agen dengan menahan gaji
              satu orang pelaut asing senilai US$100 setiap bulan dan tidak mebayarkan secara penuh gaji
              sesuai perjanjian. Pemerintah Taiwan pun menghukum lembaga agen sebesar NT$ 1 juta atau
              senilai Rp 450 juta.

              Selain itu, pihak berwajib yang mengelola industri perikanan Taiwan mendirikan jalur khusus
              penanganan  keluhan  dan  secara  berkala  melakukan  investigasi.  Segera  setelah  ditemukan
              pelanggaran aturan dan hak para nelayan, penegakan hukum dijalankan terhadap pemilik kapal
              atau petugas.

              Saat ini, Taiwan meregistrasi 12.983 orang ABK asal Indonesia, dua pertiga direkrut agen di
              negara ketiga. Cara ini sangat rapuh terhadap praktik eksploitasi ABK. Karena itu, Taiwan telah
              membangun lembaga perizinan, terintegrasi, menjamin tanggung jawab dan sistem evaluasi,
              serta  mendukung  peningkatan  kualitas  pelayanan  agen.  Setiap  bulan  pemerintah  Indonesia
              memperbarui  daftar  pelaut  asing  dari  Indonesia,  pada  saat  yang  sama  kedua  belah  pihak
              menjamin bisnis struktur pertahanan ikan.

              Disebutkan, secara umun, hubungan nelayan Indonesia dan pemilik kapal ikan Taiwan harmonis
              dan saling membantu. Pemerintah Taiwan juga sangat melindungi hak nelayan asing, karena itu
              hanya terjadi sedikit sekali sengketa hak pekerja asing. Sejak ditetapkannya tata cara perizian
              dan manajemen nelayan asing yang bekerja di luar peraian Taiwan, nelayan asing memperoleh
              perlidungan yang efektif, sehingga kasus jauh berkurang.

              "Taiwan  akan  untuk  terus  berkerja  sama  dengan  Indonesia  dengan  bersama-sama
              mempromosikan manajemen kapal ikan yang baik dan perlindungan hak para nelayan," tulis
              TETO.
              Pemerintah Taiwan menyediakan jalur aduan untuk ABK Indonesia yang merasa diperlakukan
              tidak adil, yaitu pada nomor +886-2-8073-3141 kepada petugas yang berwenang di Taiwan dan
              nomor +62-21-515-3939 kepada kantor perwakilan Taiwan di Indonesia.

              Sumber:BeritaSatu.com.






                                                           186
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192