Page 78 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 SEPTEMBER 2020
P. 78

dan investor berharap RUU ini segera disahkan agar nantinya bisa mengurai tumpang-tindih
              kebijakan yang berdampak pada buruknya iklim investasi di Indonesia. Bahlil mengatakan, dalam
              skenarionya, RUU Cipta Kerja ini akan rampung paling lambat akhir Oktober besok.



              RUU CIPTA KERJA DIHARAPKAN TUNTAS AKHIR OKTOBER

              Rancangan Undang Undang (RUU) Cipta Kerja atau Omnibus Law yang tengah dibahas oleh
              pemerintah  dan  DPR,  diyakini  Kepala  Badan  Koordinasi  Penanaman  Modal  (BKPM)  Bahlil
              Lahadalia dapat memperbaiki iklim investasi di Tanah Air. Tidak heran jika banyak pengusaha
              dan investor berharap RUU ini segera disahkan agar nantinya bisa mengurai tumpang-tindih
              kebijakan yang berdampak pada buruknya iklim investasi di Indonesia.

              Bahlil mengatakan, dalam skenarionya, RUU Cipta Kerja ini akan rampung paling lambat akhir
              Oktober besok.

              "Implementasinya paling cepat Oktober jadi pada 2021 baru terasa dampaknya yang sangat
              besar. Pertumbuhannya bisa 2%-3% dari yang normal. Namun, ini sedang di detailkan dengan
              Covid, perlu ada penyesuaian data," ujarnya dalam konferensi pers RUU Cipta Kerja untuk Daya
              Saing Ekonomi. Transformasi Ekonomi, dan Demokrasi Ekonomi, di Jakarta. Selasa (8/9).

              Menurut  Bahlil.  pembahasan  pasal  per  pasal  RUU  Cipta  Kerja  di  DPR  masih  terus  berjalan.
              Pembahasan  juga  dibarengi  dengan  perampungan  Peraturan  Pemerintah,  sehingga  begitu
              selesai dibahas, undang-undang tersebut bisa langsung diketuk.

              RUU yang menggabungkan 79 undang-undang yang memuat 1.200 pasal tersebut, diklaimnya
              memiliki banyak manfaat, khususnya dalam menggenjot sektor investasi yang dikelola BKPM.
              Antara lain, pertumbuhan ekonomi terkait investasi akan meningkat pesat, memangkas birokrasi
              yang panjang, memberikan kepastian berusaha, penguatan UMKM, terciptanya pola kerja sama
              yang baik, dan penciptaan tenaga kerja lokal.

              "RUU Cipta Kerja bukan undang-undang masa lalu, ini undang-undang masa depan karena 16,5
              juta  tenaga  kerja  yang  membutuhkan  pekerjaan  tak  mungkin  semuanya  terserap  sebagai
              pegawai negeri sipil atau tentara, harus ada investasi baik dari dalam atau luar, menengah atau
              kecil. UMKM juga jangan jadi komoditas politik di saat musiman, tapi negara harus hadir secara
              berkesinambungan biiik dari aspek perizinan, permodalan, dan kerja sama," ucap Bahlil.

              Mendesak

              Omnibus  Law,  tambahnya  juga  mendesak  untuk  disahkan  bila  melihat  kondisi  daya  saing
              ekonomi  Indonesia  saat  ini.  Sebut  saja,  inefisiensi  perekonomian  Indonesia  ditunjukkan  dari
              ICOR 2018 sebesar 6,6 dibandingkan Thailand 4,4, Malaysia 4,5, Vietnam 4,6, dan Filipina 3,7.
              Laporan Doing Business 2020 yang dirilis oleh Bank Dunia pada pertengahan Oktober 2019 lalu
              menyebutkan  tingkat  kemudahan  berbisnis  atau  ease  of  doing  business  di  Indonesia  tetap
              berada pada peringkat ke-73 dari 190 negara. Ditargetkan, tahun ini bisa naik ke posisi 60.

              Lalu, kinerja logistik Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga, di mana peringkat logistic
              perforntance index (LPI) Indonesia (2019) ada di 46, dibandingkan Malaysia 41, Vietnam 39,
              Thailand 32, Singapura 7. Indeks persepsi korupsi Indonesia cukup tinggi yakni ada di urutan
              ke-85 dari 180 negara. Belum lagi soal harga tanah, tarif air. upah minimum, kenaikan upah,
              dan tarif listrik yang lebih mahal.






                                                           77
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83