Page 126 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 AGUSTUS 2020
P. 126

penggerak  ekonomi  negara,  harus  diberi  porsi  yang  sama  pentingnya  dengan  kemudahan
              berusaha dan investasi.
              Membahas perlindungan dan kesejahteraan pekerja yang sepotong-sepotong di dalam omnibus
              law akan menjadi tidak tepat. Gagasan itu kami sampaikan di ruang formal persidangan DPR
              ataupun  di  setiap  kesempatan  dialog  bersama  pemerintah  dan  publik.  Tidak  semua  fraksi
              mendukung  usulan  ini.  Namun,  jika  argumentasi  terus  kami  sampaikan  dalam  ruang-ruang
              dialog, akan ada perubahan dan kesepahaman yang dihasilkan.

              Mengingat kembali proses dialog di dalam tim perumus bersama serikat pekerja/buruh, sebagai
              ketua  tim,  saya  tegaskan  bahwa  DPR  ialah  kawan  yang  memerlukan  input  dari  serikat
              pekerja/buruh. DPR bukanlah lawan yang harus dinihilkan. Sebaliknya, DPR justru perlu dijadikan
              kawan bagi kaum pekerja untuk menyampaikan kepentingannya.

              Benar  saja,  salah  satu  pimpinan  serikat  buruh  pun  langsung  menjawab  dengan  pernyataan
              bahwa  buruh  tidak  antiinvestasi  dan  kemudahan  berusaha.  Baru  di  menit-menit  awal  tim
              perumus  sudah  melalui  titik  krusial  untuk  memperoleh  kesepahaman.  Baik  kalangan
              buruh/pekerja  maupun  DPR  sama-sama  menginginkan  terciptanya  lapangan  kerja  agar
              kesempatan kerja bagi rakyat makin terbuka luas. Gagasan kemudahan investasi dan berusaha
              di dalam RUU Cipta Kerja sebagai cara menciptakan lapangan kerja bisa dipahami bersama. Hal
              ini pun langsung mementahkan tuduhan bahwa buruh/pekerja antiinvestasi.

              Investasi,  sebagaimana  idiom  'asing',  telah  lama  mendapatkan  konotasi  yang  negatif  dalam
              kehidupan sosial-politik kita. Seperti ada semacam narasi yang terbangun bahwa investasi ialah
              eksploitasi,  sedangkan  'asing'  dikonotasikan  sebagai  aksi  kolonialisme.  Padahal,  dunia  terus
              berubah dan tak sevulgar dulu yang bisa disederhanakan lewat definisi-definisi ideologis semata.
              Dalam  perjalanannya,  ada  dialektika  yang  terjadi;  ada  pula  ruang-ruang  kolaborasi  dari
              perkembangan  dunia  saat  ini.  Pada  kenyataannya,  kalangan  pekerja  sekalipun  mampu
              memahami dan menerimanya.

              Selanjutnya,  tinggal  bagaimana  melindungi  dan  menyejahterakan  buruh/pekerja  yang  perlu
              disusun detailnya. Sebagai ketua tim, usulan agar serikat buruh terlibat langsung dan mengawasi
              pengisian daftar inventaris masalah (DIM) pun bisa diterima bersama. Serikat buruh ingin agar
              UU  Ketenagakerjaan  Nomor  13  Tahun  2003  tetap  berlaku  karena  dinilai  lebih  baik  dari
              pengaturan  di  RUU  Cipta  Kerja.  Hal  ini  menjadi  bahasan  dalam  forum  yang  konstruktif  dan
              dialogis itu. Tim perumus pun sepaham untuk memasukkan usulan tersebut dan akan diajukan
              fraksi-fraksi sebagai pembahasan di DPR.
              Akhirnya, pertarungan gagasan niscaya membutuhkan ruang dialog. Prosesnya harus kita lalui
              meski onak dan duri akan menyertai. Soal hasil, di situlah medan pertarungannya. Momen dua
              hari Tim Perumus Klaster Ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja kemarin telah menjadi pelajaran
              berharga dan laku utama (best practice) bagi anak bangsa ini.
              Berdialoglah  Bung  karena  inilah  jejak  peradaban  bangsa  semenjak  dulu  dan  jalan  kita
              memajukan demokrasi!.
















                                                           125
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131