Page 4 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 JULI 2021
P. 4

Ringkasan

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyoroti adanya vaksin berbayar yang disediakan
              oleh PT Kimia Farma Tbk. Dia khawatir akan terjadi komersialisasi yang menguntungkan pihak-
              pihak tertentu.



              BURUH ANGGAP VAKSINASI BERBAYAR SEBAGAI KOMERSIALISASI!

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyoroti adanya vaksin berbayar yang disediakan
              oleh PT Kimia Farma Tbk. Dia khawatir akan terjadi komersialisasi yang menguntungkan pihak-
              pihak tertentu.

              "Setiap  transaksi  jual  beli  dalam  proses  ekonomi  berpotensi  menyebabkan  terjadinya
              komersialisasi  oleh  produsen  yang  memproduksi  vaksin  dan  pemerintah  sebagai  pembuat
              regulasi, terhadap konsumen dalam hal ini rakyat termasuk buruh yang menerima vaksin," ujar
              Presiden KSPI Said Iqbal dalam keterangan tertulis dikutip detikcom, Senin (12/7/2021).

              Hal itu berkaca dari adanya rapid test yang dinilai adanya komersialisasi dengan harga yang
              memberatkan. Misalnya, diwajibkan rapid tes sebelum naik pesawat dan kereta api, bertemu
              pejabat, bahkan ada buruh yang masuk kerja pun diharuskan rapid test.

              "Akhirnya ada semacam komersialisasi, dari yang awalnya digratiskan. Bahkan perusahaan yang
              awalnya menggratiskan rapid test bagi buruh di tempat kerja masing-masing akhirnya setiap
              buruh harus melakukannya secara mandiri (membayar sendiri)," tuturnya.

              "Ini yang disebut komersialisasi. Dengan vaksin berbayar individu, berarti hak sehat untuk rakyat
              telah diabaikan oleh negara karena vaksinasi tidak lagi dibiayai pemerintah," katanya.

              Kedua, kemampuan keuangan tiap-tiap perusahaan dan individu warga negara berbeda. Said
              Iqbal memperkirakan, jumlah perusahaan menengah ke atas yang mampu membayar vaksin
              tidak lebih dari 10% dari total jumlah perusahaan di Indonesia.

              "Maka  ujung-ujungnya  akan  keluar  kebijakan  pemerintah  bahwa  setiap  pekerja  buruh  harus
              membayar sendiri biaya vaksin gotong royongnya. Jika ini terjadi apakah Kadin dan Apindo akan
              ikut bertanggungjawab? Jangan membuat kebijakan yang manis di depan tapi pahit di belakang
              bagi buruh Indonesia," tegasnya.

              "Jadi ini hanya proyek lip service yang hanya manis di retorika atau pemanis bibir tetapi sulit
              diimplementasikan di tingkat pelaksanaan. Ujung-ujungnya vaksin gotong royong hanya akan
              membebani buruh dari sisi pembiayaan," tambahnya.

              Untuk itu, KSPI meminta agar vaksinasi individu tetap digratiskan dan ditanggung pemerintah.
              Menurutnya  tidak  perlu  ada  vaksin  berbayar  karena  sesuai  dengan  perintah  konstitusi
              sebagaimana  diatur  dalam  UUD  1945,  UU  Kesehatan,  dan  UU  Karantina;  program  vaksinasi
              COVID-19 ini adalah tanggungjawab negara.

              "Intinya, KSPI mengharapkan kepada pemerintah agar pemberian vaksin untuk buruh dan setiap
              warga negara digratiskan," tegasnya.

              Jika  pemerintah  membutuhkan  anggaran  tambahan  untuk  menyelenggarakan  vaksin  gotong
              royong ini, pemerintah disarankan untuk sedikit menaikkan nilai pajak badan perusahaan (PPH
              25) dan mengambil sebagian anggaran Kesehatan yang dalam UU Kesehatan besarnya adalah
              5% dari APBN dengan cara melakukan efisiensi birokrasi di bidang kesehatan.


                                                            3
   1   2   3   4   5   6   7   8   9