Page 7 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 AGUSTUS 2021
P. 7

JERIT PENGUSAHA DAERAH TAK SANGGUP BERTAHAN DI TENGAH PPKM

              Sebagian besar pengusaha daerah 'menjerit' kesulitan bertahan menghadapi dampak pengetatan
              mobilitas saat PPKM lanjutan level 3 dan 4. Pandemi yang melanda selama 1,5 tahun membuat
              para pengusaha ini tak lagi punya bantalan untuk bertahan.

              Ketua Umum BPD Hipmi Jawa Tengah sekaligus Direktur Utama PT Dafam Properti Indonesia
              Tbk  Billy  Dahlan  mengatakan  keadaan  pengusaha  mulai  kritis  akibat  tidak  diperbolehkan
              beroperasi selama 2-3 pekan terakhir.

              Dia  menyebut  masalah  yang  dihadapi  pengusaha  lebih  dari  sekedar  dampak  PPKM  sebulan
              terakhir, namun kebijakan tidak konsisten pemerintah yang memaksa pengusaha buka tutup
              usaha  sesuai  aba-aba  pemerintah.  Ia  mengaku  paham  dengan  kebingungan  pemerintah
              menghadapi pandemi 6 bulan pertama.

              Tapi kalau sudah 1,5 tahun tapi belum ada kebijakan konkret, ia mengaku pengusaha mulai
              'gerah' dengan kebijakan blunder pemerintah. Dia menilai PPKM boleh saja diterapkan tapi harus
              ada ukuran efektivitas dari kebijakan.

              "Dari sisi dunia usaha tidak apa-apa PPKM. Tapi PPKM yang lebih efektif lah, artinya dunia usaha
              butuh stabilitas. Dunia usaha kan tidak bisa buka tutup, ya hancur lah setelah 17 bulan," katanya
              kepada CNNIndonesia.com, Rabu (4/8).

              Dia menyayangkan kebijakan pemerintah yang tidak menyasar sampai ke akar permasalahan.
              Dengan kebijakan ala rem dan gas tanpa realisasi percepatan vaksinasi dan rendahnya 3T, ia
              menilai bakal terjadi jebakan pandemi di mana penutupan ekonomi akan kerap terjadi.

              Mengutip data Kementerian Kesehatan per Rabu (4/8), baru 10,53 persen populasi yang sudah
              menerima vaksin lengkap. Angka itu, menurut dia, jauh dari memuaskan bila  melihat target
              tercapainya herd immunity akhir tahun ini.

              Billy  juga  mengkritisi pemerintah  yang  hingga kini  tidak  menggratiskan tes  PCR dan  masker
              untuk  masyarakat.  Ia  menyebut  kewajiban  bayar  PCR  ini  membuat  masyarakat  enggan
              melakukan tes, bila tes saja minim, apalagi tracing (pelacakan) dan treatment (pengobatan).

              "Ini kami kritik karena kalau pemerintah blunder terus yang paling hancur dunia usaha dan kalau
              masuk ke krisis ekonomi, maka krisis sosial dan keamanan rentan sekali," papar dia.

              Billy  mencontohkan  usahanya  yang  bergerak  di  bidang  perhotelan,  properti,  makanan  dan
              minuman, tambang, dan kontraktor. Sebelumnya, ia memiliki 6.000 karyawan, namun kini yang
              masih dipekerjakan kurang dari setengahnya.

              Ia mengaku sudah melakukan PHK terhadap 1.000 orang dan merumahkan 2.500 orang lainnya.
              Bila  pandemi  segera  tak  ditangani,  ia  khawatir  akan  semakin  banyak  karyawan  yang  bakal
              terdampak.

              Pengusaha lain dari Jawa Barat sekaligus Ketua Apindo Jawa Jabar Ning Wahyu Astutik menyebut
              dampak  dari  PPKM  sebulan  terakhir  sangat  memberatkan  pengusaha.  Menurut  dia,  banyak
              pengusaha di Kota Kembang yang sejak tahun lalu memberlakukan masuk bergilir karena tidak
              membutuhkan karyawan seperti waktu normal akibat anjloknya omzet.

              Kendati  tak  mengantongi  data  pasti  soal  kerugian  dan  jumlah  karyawan  PHK,  namun  ia
              memperkirakan terbatasnya operasional memangkas produktivitas sebesar 50 persen atau lebih.

              Hasil produksi yang merosot kemudian menguras kas pengusaha. Khusus untuk industri hotel,
              ia mengatakan okupansi rendah praktis membuat sebagian besar pelaku usaha mati suri.


                                                            6
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12