Page 179 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 NOVEMBER 2020
P. 179

Dari  data  yang  dihimpun,  persentase  kenaikan  upah  itu  mencapai  3,27  persen.  Nilainya
              bertambah  Rp  137  ribu dari  UMK  sebelumnya.  Jika  mendapatkan persetujuan  dari  gubernur
              Jatim, tahun depan pekerja di Kota Surabaya memperoleh pendapatan Rp 4,3 juta per bulan.

              Plt Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Achmad Zaini menjelaskan, rapat pembahasan upah
              berakhir minggu lalu. Tepatnya pada 16 November. Dalam pertemuan terakhir itu, sejatinya
              masih  ada  perdebatan  terkait  besaran  UMK.  "Ada  perbedaan  pandangan  Apindo  dan  serikat
              pekerja," ucapnya.

              Apindo meminta UMK tidak naik. Dasar pertimbangan yang dipakai adalah surat edaran (SE) dari
              menteri  tenaga  kerja.  Yakni,  SE  Nomor  11/HK04/X/2020  tentang  Penetapan  Upah  Minimum
              2021. Isinya menyatakan, besaran upah minimum tahun depan setara dengan tahun ini. Tidak
              ada penambahan.

              Lain halnya dengan serikat pekerja. Mereka bersikeras meminta UMK tetap naik seperti tahun-
              tahun sebelumnya. Nominal penambahan yang disampaikan Rp 137 ribu. Sebab, sejak pandemi
              korona merebak, beban hidup semakin berat.

              Alhasil,  rapat  menemui  jalan  buntu.  Sebab,  kedua  pihak  masih  bersikeras.  Tidak  ingin
              pendapatnya  kalah.  Melihat  itu,  pemkot  mengambil  jalan  tengah.  "Kami  usulkan  kenaikan
              sebesar 3,27 persen," tutur Zaini.
              Usulan  penambahan  3,27  persen  itu  tidak  asal  dibuat.  Namun,  penuh  kehati-hatian  serta
              pertimbangan. Pihak disnaker melakukan telaah terlebih dahulu sebelum mengirimkan usulan ke
              Pemprov Jatim.

              Ada dua dasar yang menjadi rujukan disnaker. Pertama melihat regulasi penetapan UMK. Yakni,
              yang tertuang dalam PP No 78 Tahun 2015. Dalam aturan itu disebutkan formulasi perhitungan
              upah. Caranya, nilai UMK tahun berjalan ditambah inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Pemkot
              menilai, penambahan 3,27 persen masih masuk akal.
              Patokan kedua adalah usulan dari daerah lain. Surabaya melihat wilayah yang tergabung dalam
              ring  1.  Yakni,  Pasuruan,  Sidoarjo,  Mojokerto,  dan  Gresik.  Empat  wilayah  tersebut  sudah
              menyampaikan usulan. Persentase penambahan berkisar 3,27 persen. Bahkan, ada yang lebih.

              Dari informasi yang dihimpun, pembahasan UMK tersebut sempat deadlock. Karena itu, dewan
              pengupahan meminta pemkot mengirimkan dua usulan sekaligus agar tidak berat sebelah. Yakni,
              mewakili pengusaha serta pekerja.

              Sementara itu, perwakilan Apindo Andhi Trias tidak sepakat dengan usulan pemkot tersebut.
              Menurut dia, dalam penentuan UMK, ada tiga pertimbangan yang dianut. Yaitu, aspek hukum,
              ekonomi, serta psikologis.

              Dia  mencontohkan  aspek  ekonomi.  Persebaran  virus  korona  menghantam  seluruh  bidang.
              Ekonomi  salah  satunya.  Bahkan,  tidak  sedikit  perusahaan  yang  harus  mengurangi  jumlah
              karyawan.

              Pada aspek hukum, Andhi mempertanyakan rujukan pemkot. Sebab, setidaknya ada tiga rujukan
              yang dipakai. Yakni, UU Cipta Kerja, PP No 78 Tahun 2015, serta SE Nomor 11/HK04/X/2020
              tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021.

              Nah, jika mengacu UU Cipta kerja, pada regulasi itu tidak disebutkan secara gamblang formulasi
              penentuan UMK. Aturan tersebut hanya menyebutkan upah wajib diberikan. Ketika memakai PP
              No 78 Tahun 2015, seharusnya nilai UMK turun.




                                                           178
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184