Page 67 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 NOVEMBER 2021
P. 67

untuk  mempertahankan  politik  upah  murah.  Jadi  tidak  mengherankan  jika  formulasi
              perhitungannya pun tidak akan pernah menjawab kebutuhan hidup layak buruh.
              "Bayangkan, rata-rata kenaikan upah sebesar 1,09 persen yang ditetapkan oleh pemerintah,
              tidak meng-cover kebutuhan hidup buruh yang semakin meningkat, apalagi selama pandemi.
              Yang lebih aneh lagi, menakar (menteri tenaga kerja) menyebut upah buruh Indonesia terlalu
              tinggi," kata lelaki yang akrab disapa Castro itu.

              Dia memaparkan, jika menilik data National Wage and Productivity Commission yang berbasis di
              Filipina,  upah  buruh  Indonesia  masih  tergolong  rendah.  Bahkan  lebih  rendah  dibandingkan
              Vietnam, Mongolia, dan Kamboja. Jadi terbantahkan asumsi yang menyebut investasi enggan
              masuk  ke  Indonesia  karena  upah  buruh  tinggi.  "Itu  hanya  akal-akalan  untuk  tetap
              melanggengkan praktik upah murah, demi menjaga sirkulasi modal para oligarki," tegasnya.

              Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga
              Kerja  dan  Transmigrasi  (Disnakertrans)  Kaltim  Daeng  Usman  mengatakan,  sebelumnya  ada
              kesepakatan  Dewan  Pengupahan  untuk  kenaikan  UMP  2022  sebesar  1,11  persen.  Lalu,  ada
              pertemuan  antara  pemprov  dan  buruh  untuk  meminta  kenaikan  1,68  persen.  Apindo  pun
              menyepakati kenaikan itu.

              "Jadi kembali lagi, kita serahkan ke Pak Gubernur. Kan sudah ada PP Kita dari dewan pengupahan
              kan  tetapkan  1,11  persen.  Kalau  pak  gubernur  tetapkan  1,68  persen,  ya  tetap  berjalan,"
              jelasnya. Usman menegaskan, gubernur akan mengumumkan kenaikan UMP 2022 Kaltim, besok
              (20/11). Lanjut dia, yang diumumkan gubernur itulah yang bakal ditetapkan sebagai UMP 2022
              Kaltim.

              Dari Jakarta, pemerintah mewanti-wanti pengusaha agar tak main-main soal pemberian upah
              2022. Terutama untuk pekerja dengan masa kerja di atas satu tahun. Pengusaha yang nekat
              memberikan upah di bawah upah minimum (UM) bakal Dijatuhi sanksi.

              "Kalau ada pekerja di atas satu tahun yang ternyata upahnya di bawah UM, segera laporkan ke
              kami," tegas Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
              (PHI dan Jamsos) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Indah Anggoro Putri kemarin.

              Dia menegaskan, UM hanya berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari satu
              tahun di perusahaan yang bersangkutan. Bagi pekerja/buruh dengan masa kerja di atas satu
              tahun, pengupahan menggunakan struktur dan skala upah.

              Karena itu, kata dia, perusahaan yang memberikan upah di bawah UM kepada pekerja dengan
              masa kerja di atas satu tahun dapat dikenai sanksi. Sanksinya bisa berupa pidana kurungan
              maksimal  empat  tahun  penjara  serta  denda  sekurang-kurangnya  Rp  100  juta  dan  setinggi-
              tingginya Rp 400 juta.

              Agar  pelanggaran  itu  tidak  terjadi,  Putri  menuturkan  bahwa  pihaknya  intensif  berkoordinasi
              dengan Apindo serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). Meski demikian, dia tetap
              meminta masyarakat agar melapor jika menemukan perusahaan yang membayar upah tidak
              sesuai dengan aturan.


              "Serikat pekerja/serikat buruh di setiap perusahaan juga dapat melapor jika masih ada pekerja
              yang sudah bekerja lebih dari satu tahun, tapi ternyata upahnya UM atau bahkan di bawah UM,"
              papar Putri. (nyc/jpg/riz/k8)






                                                           66
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72