Page 667 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 667

Ringkasan

              Begitu banyak kabar berita bohong (hoaks) yang beredar terkait dengan OmnibusLaw. Diakui
              Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin,dirinya kerap menerima pertanyaan mengenai
              sejumlah kabar yang sengaja dibagikan dalam pesan berantai.

              Pesan tersebut tidak menyebutkan sumber yang jelas dan cenderung bernada provokatif serta
              menyesatkan. Serta mudah sekali memicu amarah masyarakat khususnya para pekerja.


              MASYARAKAT DIIMBAU TAK TERJEBAK HOAKS

              Begitu banyak kabar berita bohong (hoaks) yang beredar terkait dengan Omnibus Law. Diakui
              Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin,dirinya kerap menerima pertanyaan mengenai
              sejumlah kabar yang sengaja dibagikan dalam pesan berantai.

              Pesan tersebut tidak menyebutkan sumber yang jelas dan cenderung bernada provokatif serta
              menyesatkan. Serta mudah sekali memicu amarah masyarakat khususnya para pekerja.

              Adapun beberapa berita yang sering dibagikan seperti hak cuti hilang, penghapusan UMP dan
              UMK, pesangon hilang, masalah outsourcing, status karyawan tetap dan harian, ancaman PHK
              karena protes hingga tenaga kerja asing. Jika pesangon bagi yang terkena PHK memang ada
              pengurangan disitu. Artinya perusahaan membayar dengan angka yang lebih kecil.

              "Akan  tetapi  disisi  lainnya,  pemerintah  tengah  mengajukan  ke  Kementerian  Keuangan
              (Kemenkeu  )untuk  mengganti  pesangon  tersebut.  Dalam  konteks  ini  pemerintah  lagi-lagi
              menjadi  bumper  dan  menjadi  pihak  yang  dirugikan  karena  harus  menalangi  pesangon  yang
              seharusnya  diberi  oleh  perusahaan  sebelumnya  dan  rencananya  akan  menggunakan  dana
              APBN," ujar Gunawan ketika dihubungi Analisa, Kamis (8/10).

              Gunawan menjelaskan, untuk kebijakan cuti juga demikian. Seakan di-blowup bahwa cuti Hari
              Raya hanya pada tanggal merahnya saja. Padahal tidak ada yang berubah dari kebijakan ini.
              Sementara, kita tahu bahwa selama ini cuti tersebut pemerintah yang atur dan tidak ada aturan
              khusus, hingga faktanya selalu lebih lama dari tanggal merahnya.

              Selain  itu,ada  juga  terkait  karyawan  kontrak.  Padahal,  aturan  ini  masih  akan  diatur  dalam
              peraturan pemerintah nantinya. Untuk ketentuan tersebut sudah tertuang dalam pasal 59ayat
              4. Namun seakan-akan diberitakan bahwa tidak ada status karyawan tetap atau kontrak seumur
              hidup. Demikian halnya juga terkait dengan tenaga alih daya atau outsourcing.

              Untuk tenaga kerja asing, aturan mainnya sebenamya sudah jelas. Tidak semudah itu tenaga
              asing masuk ke Indonesia.

              "Logika  yang bisa  ditanamkan  inisalnya  saat  tenaga  asing  masuk  ke  Indonesia,  standar gaji
              buruhnya untuk Indonesia sebesar 3 jutaan. Tetapi negara lain justru sudah ada di 6 jutaan,
              bahkan ada yang 12 jutaan. Masaiya segampang itu mereka berpindah kemari. Walaupun UU
              Omnibus Law sudah jelas mengenai syarat dan ketentuan yang berlaku," jelasnya.

              Tak hanya itu, ada juga isu mengenai acuan pendapatan atau UMP. Disini penentuan KHL pun
              masih dalam proses pematangan. Namun seakan-akan digoreng tidak ada acuan lagi. Sehingga
              pengusaha bisa menetapkan upah yang semena-mena.

              "Saya menilai, perdebatan mengenai Omnibus Law ini tidak menyentuh substansinya. Seperti
              Omnibus Law belum sepenuhnya selesai dikarenakan masih ada produk hukum turunannya yang
              tengah  digodok.  Jadi  kenapa  kita  tidak  menanti  kebijakan  tersebut.  Selanjutnya,  substansi


                                                           666
   662   663   664   665   666   667   668   669   670   671   672