Page 169 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 AGUSTUS 2020
P. 169
RUU CIPTA KERJA DIYAKINI DAPAT GENJOT SERAPAN TENAGA KERJA
Merdeka.com - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad
Heri Firdaus, menyatakan, kemudahan investasi yang digaungkan melalui Rancangan Undang-
Undang Cipta Kerja (RUU Ciptaker) akan menjadi stimulus untuk menyerap tenaga kerja.
"Kalau dilihat rules-nya, pemerintah ingin buat lapangan kerja semakin banyak lewat jalur
investasi, melalui RUU Cipta Kerja," katanya saat dihubungi, Kamis (27/8).
Meski demikian, dirinya mengingatkan, kemudahan investasi dapat menjadi peluang sekaligus
tantangan bagi pemerintah. Kian banyak investasi yang datang bakal meningkatkan serapan
tenaga kerja secara merata di dalam negeri.
Tantangan yang dihadapi juga kian besar. Karenanya, pemerintah harus segera menyeleksi
investasi yang diizinkan masuk setelah RUU Ciptaker disahkan. Disarankan mengutamakan
industri padat karya mengingat pengangguran menjadi persoalan yang tengah dihadapi.
"Kalau tidak, serapan tenaga kerjanya akan minim," tambah dia.
Heri mengungkapkan, rasio investasi di Indonesia kini tergolong besar terhadap produk domestik
besar, sekitar 32 persen. Tertinggi pertama dari konsumsi rumah tangga (55%).
Sayangnya, ungkap dia, kontribusi investasi tersebut kurang signifikan terhadap serapan tenaga
kerja. Pangkalnya, sebagian besar tidak membutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM),
seperti industri digital dan keuangan.
"Investor yang di sektor manufaktur, contohnya sektor jasa dan barang, itu kontribusinya
semakin kecil, semakin melandai," jelasnya.
1 dari 1 halaman Investasi Harus Optimal Selain menyeleksi, pemerintah juga harus mampu
dan optimal dalam mengarahkan investasi yang masuk. Pun mesti mengelola dana yang datang
karena realitasnya kini belum maksimal.
"Untuk lihat realisasi investasi di Indonesia itu lewat icore (incremental capital output ratio atau
tingkat efisiensi investasi) dan icore Indonesia itu cukup besar dibanding negara tetangga,
sekitar 6,5," ujarnya.
"Artinya kalau kita buat suatu produk di Indonesia, handphone misalnya, itu icore-nya 6,5, maka
di negara tetangga, seperti Vietnam-Malaysia, itu icore-nya cuma 4," lanjutnya.
Semakin tinggi nilai icore, tingkat efisiensi investasi memburuk. Tingginya icore membuat
investor beranggapan Indonesia sebagai negara boros modal.
Tugas pemerintah berikutnya, bagi Heri, memastikan kualitas dan kemampuan SDM di dalam
negeri. Jika tidak, investasi yang masuk takkan berdampak positif terhadap serapan tenaga
kerja.
"Jadi kalau skill dan kualitas SDM-nya, terutama di daerah-daerah itu tidak mumpuni, ya,
percuma mereka tidak akan terserap. Yang ada malah perusahaan dibangun, tetapi yang kerja
atau tenaga kerjanya tetap impor dari luar negeri, seperti dari China," urainya.
"Makanya, pemerintah harus jamin, beri masyarakat pelatihan kemampuan kerja, bekali mereka
dengan keahlian tertentu seusai dengan kebutuhan investasi yang akan dibangun di daerah
tersebut," tandasnya.
[rnd].
168