Page 166 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2021
P. 166

SERIKAT PEKERJA SOROTI PERGESERAN FILOSOFI PROGRAM JHT

              Serikat pekerja menyoroti adanya pergeseran filosofi Program Jaminan Hari Tua (JHT) seiring
              dengan peningkatan angka klaim JHT yang salah satunya disebabkan banyaknya pekerja yang
              mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

              Sekjen Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (K-SPSI) Hermanto Achmad mengakui saat
              ini pencairan JHT sangat mudah dan banyak di antara pekerja yang menggunakan modus seolah-
              olah PHK untuk dapat melakukan klaim.

              "Hal itu cenderung tidak sesuai dengan filosofi jaminan sosial yang sejak awal menjadi harapan
              bagi seluruh pekerja Indonesia untuk memiliki hari tua yang terjamin," kata Hermanto.

              Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban berpendapat
              agar mekanisme pencairan JHT dikembalikan ke konsep UU nomor 24 tahun 2011 seperti praktek
              yang berlaku internasional berupa old saving.

              "Dana  yang  disimpan  di  BPJS  Ketenagakerjaan  sebenarnya  adalah  dana  ketahanan  untuk
              pembangunan ekonomi. Ketika Jaminan Hari Tua diubah maknanya menjadi jaminan hari terjepit
              karena bisa diambil setelah dipecat, memang menjadi hilang filosofinya. Apakah dikembalikan
              (aturannya) ke undang-undang sebelumnya, itu mungkin juga masih perlu diskusi untuk lebih
              lanjut," kata Elly.

              Elly juga menitikberatkan pada manfaat program Jaminan Pensiun (JP) yang masih sangat kecil
              yaitu Rp300 ribu hingga Rp3,6 juta per bulan.

              Elly juga menyayangkan sejak program tersebut dijalankan sejak tahun 2015 hingga saat ini,
              belum dilakukan peninjauan kembali terkait besaran iurannya. Ia berharap peninjauan dapat
              dilakukan setiap 3 tahun sekali sesuai ketentuan agar manfaat yang diterima peserta maksimal.
              Sebelumnya  Komisi  IX  DPR  RI  menggelar  Rapat  Dengar  Pendapat  (RDP)  bersama  dengan
              Kementerian Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK), dan perwakilan Serikat
              Pekerja/Buruh  guna  membahas  terkait  pengawasan  klaim  Jaminan  Hari  Tua  (JHT),  Jaminan
              Pensiun  (JP),  dan  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan  (JKP)  terhadap  pekerja  atau  buruh  yang
              mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di masa pandemi COVID-19.

              Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial (PHI & Jamsos) Kemnaker Indah
              Anggoro  Putri  menyatakan  bahwa  peningkatan  angka  klaim  JHT,  salah  satunya  disebabkan
              banyaknya pekerja yang mengalami PHK.

              Selain itu pihaknya pun mendapati adanya pergeseran filosofi dari program JHT yang seharusnya
              dinikmati  ketika  memasuki  hari  tua  atau  masa  pensiun,  namun  banyak  pekerja  yang  justru
              mencairkan saldo JHT setelah PHK.
              Hal  tersebut  didasari  Peraturan  Pemerintah  Nomor  60  Tahun  2015  dan  Peraturan  Menteri
              Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 19 Tahun 2015 yang memungkinkan bagi para pekerja
              untuk melakukan klaim JHT satu bulan setelah mengalami PHK.

              Saat  ini  Kemnaker  sedang  melakukan  revisi  terhadap  Permenaker  tersebut  untuk
              mengembalikan kepada filosofi program JHT yang seharusnya.

              "Kami merevisi Permenaker nomor 19 tersebut, kita kembalikan kepada filosofi JHT yaitu benar-
              benar sebagai tabungan di masa tua sebagai amanat yang tertera dalam Undang-Undang nomor
              40 tahun 2004 dan juga Peraturan Pemerintah (PP) nomor 46 tahun 2015," kata Indah.




                                                           165
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171