Page 86 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 JANUARI 2021
P. 86
Ringkasan
Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berat karena efek dari pandemi Covid-19, namun meski
demikian BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) tetap mencatatkan hasil positif pada kinerja
institusi sepanjang tahun 2020 tersebut. Antara lain kinerja pada bidang Investasi, kepesertaan,
dan pelayanan. Direktur Utama BPJAMSOSTEK, Agus Susanto menjelaskan sepanjang tahun
2020, penerimaan iuran (unaudited) BPJAMSOSTEK tercacat berhasil dibukukan sebesar Rp73,31
triliun, walaupun terdapat implementasi PP 49 Tahun 2020 tentang relaksasi iuran Program JKK,
JK sebesar 99% dan penangguhan Program JP sebesar 99%. Iuran tersebut ditambah
pengelolaan investasi berkontribusi pada peningkatan dana kelolaan mencapai Rp486,38 triliun
pada akhir Desember 2020. BPJAMSOSTEK juga mencatatkan hasil investasi sebesar Rp32,30
triliun, dengan Yield on Investment (YOI) yang didapat sebesar 7,38%. Dana dan hasil Investasi
tersebut mengalami pertumbuhan masing masing sebesar 12,59% dan 10,85% dibandingkan
tahun akhir 2019.
PENERIMAAN IURAN BPJAMSOSTEK TAHUN 2020 MENCAPAI RP73,31 TRILYUN
Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berat karena efek dari pandemi Covid-19, namun meski
demikian BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) tetap mencatatkan hasil positif pada kinerja
institusi sepanjang tahun 2020 tersebut. Antara lain kinerja pada bidang Investasi, kepesertaan,
dan pelayanan.
Direktur Utama BPJAMSOSTEK, Agus Susanto menjelaskan sepanjang tahun 2020, penerimaan
iuran (unaudited) BPJAMSOSTEK tercacat berhasil dibukukan sebesar Rp73,31 triliun, walaupun
terdapat implementasi PP 49 Tahun 2020 tentang relaksasi iuran Program JKK, JK sebesar 99%
dan penangguhan Program JP sebesar 99%. Iuran tersebut ditambah pengelolaan investasi
berkontribusi pada peningkatan dana kelolaan mencapai Rp486,38 triliun pada akhir Desember
2020. BPJAMSOSTEK juga mencatatkan hasil investasi sebesar Rp32,30 triliun, dengan Yield on
Investment (YOI) yang didapat sebesar 7,38%. Dana dan hasil Investasi tersebut mengalami
pertumbuhan masing masing sebesar 12,59% dan 10,85% dibandingkan tahun akhir 2019.
Agus mengutarakan investasi BPJAMSOSTEK dilaksanakan berdasarkan PP No. 99 tahun 2013
dan PP No. 55 tahun 2015, yang mengatur jenis instrumen-instrumen investasi yang
diperbolehkan berikut dengan batasan-batasannya. Ada juga Peraturan OJK No. 1 tahun 2016
yang juga mengharuskan penempatan pada Surat Berharga Negara sebesar minimal 50%.
"Untuk alokasi dana investasi, BPJAMSOSTEK menempatkan sebesar 64% pada surat utang,
17% saham, 10% deposito, 8% reksadana, dan investasi langsung sebesar 1%", tuturnya.
Selama masa pandemi, pengelolaan dana investasi mendapatkan tantangan yang cukup berat,
mengingat dampak pandemi Covid-19 dirasakan oleh seluruh bidang usaha di dalam negeri.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada awal tahun 2020 dibuka melemah, bahkan
sempat terseok ke level 3900-an pasca ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemi global.
"Kondisi pandemi termasuk pasar investasi global dan regional tentunya memiliki pengaruh pada
hasil investasi yang diraih oleh industri jasa keuangan pada tahun 2020. Tapi kami telah
mengalihkan mayoritas portofolio pada instrumen fixed income hingga mencapai 74% dari total
portofolio, sehingga tidak berpengaruh langsung dengan fluktuasi IHSG", ujar Agus Agus
mencontohkan pada investasi saham, mayoritas penempatan atau 98% penempatan dana
dilakukan pada saham kategori Blue Chip atau LQ45. Meski demikian, penempatan pada saham
non LQ45 juga tetap dilakukan dengan menerapkan protokol investasi yang ketat. Jumlah saham
non LQ45 tersebut hanya sekitar 2% besarannya dari total portofolio saham BPJAMSOSTEK.
85