Page 94 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 JANUARI 2021
P. 94
TENAGA KERJA DI JAWA TIMUR DIDOMINASI LULUSAN SEKOLAH DASAR
Tenaga kerja di Jawa Timur (Jatim), mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Agustus
2020 didominasi berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 9,22 juta orang atau setara
44% dari total serapan tenaga kerja. Disusul Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 3,89
juta orang atau 18,54%, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 3,31 juta orang atau 15,80%.
Lalu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 2,39 juta orang atau 11,39%. Penduduk
bekerja berpendidikan tinggi (Diploma ke Atas) ada sebanyak 2,16 juta orang atau 10,28%
mencakup 0,37 juta orang penduduk bekerja berpendidikan Diploma dan 1,79 juta penduduk
bekerja lulusan S1 ke atas/universitas. "Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja
dari tamatan SMA naik 0,99% dan SMP naik 0,21%. Sebaliknya, berpendidikan SD ke bawah
turun 0,88%," kata Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Jatim, Asim Saputra dalam rilisnya.
Sementara itu, data Bank Indonesia (BI) Jatim menunjukkan, berdasarkan pertumbuhannya
jumlah tenaga kerja lulusan SD, SMK, Diploma dan Universitas mengalami penurunan.
Sedangkan kelompok pendidikan lainnya meningkat. Peningkatan kualitas pendidikan tenaga
kerja tersebut seiring adanya berbagai program sekolah gratis mulai dari tingkat SD sampai
tingkat SMA yang dicanangkan oleh pemerintah.
"Upaya Pemprov Jatim untuk meningkatkan alokasi lulusan SMK juga mulai terlihat. Dalam waktu
lima tahun terakhir, pangsa tenaga kerja lulusan SMK meningkat dari 9,4% di Agustus 2015
menjadi 11,4% di Agustus 2020," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim,
Difi Ahmad Johansyah.
Dia menambahkan, meski jumlah tenaga kerja lulusan SMP dan SMA mulai meningkat, namun
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)-nya tinggi. TPT Agustus 2020 tingkat SD meningkat dari
1,50% menjadi 2,78%, SMP meningkat dari 3,67% menjadi 5,66%, SMA meningkat dari 6,12%
menjadi 9,34%, SMK meningkat dari 8,04% menjadi 11,89%, DI/II/III meningkat dari 3,18%
menjadi 6,56%, Universitas meningkat dari 4,45% menjadi 6,08% (yoy). "Peningkatan tersebut
karena permasalahan antara penawaran tenaga kerja lulusan SMP dan SMA dengan permintaan
dunia kerja," terangnya.
Untuk itu, lanjut dia, perlu dilakukan sinergi antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Sehingga
dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja dan sesuai dengan kebutuhan spesifik dunia usaha.
Beberapa program Pemprov Jatim untuk meminimalkan gap tersebut, antara lain dengan
memberikan kompensasi berupa pengurangan pajak bagi dunia usaha yang memberikan
kesempatan praktik kerja. "Pemprov Jatim juga memberdayakan para ahli di bidang tertentu
dengan sertifikasi nasional dan internasional sebagai pendamping tenaga pengajar SMK,"
pungkasnya.
(nag).
93