Page 4 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 NOVEMBER 2020
P. 4

Antara lain, pasal 81 angka 15.19.25.dan 44 "muatan materi yang terkandung dalam pasal a quo
              setidaknya  berpontensi  merugikan  hak-hak  konstisional.  khuusnya  anggota  permohon  dan
              umumnya pekerja dan buruh" jelas hafidz dalam sidang secara virtual kemarin.

              Dia memerinci, pasal 81 angka 15 mengubah ketentuan Pasal 59 UU Ketenagakerjaan. Pasal
              tersebut mengatur tentang perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Lalu, pasal 81 angka 19
              meniadakan Pasal 65 UU Ketenagakerjaan tentang perjanjian pemborongan pekerjaan secara
              tertulis.

              Selanjurnya,  FSPS  menggugat  pasal  81  ayat  25  mengubah  pasal  88D  UU  Ketenagakerjaan
              tentang upah minimum pekerja. Pasal 81 angka 29 menghapus pengaturan pengupahan yang
              sebelumnya ada di Pasal 91 UU Ketenagakerjaan. Juga, Pasal 81 angka 44 mengubah Pasal 156
              UU Ketenagakerjaan tentang kewajiban perusahaan membayar uang pesangon.

              Dia menegaskan apabila permohonan dikabulkan oleh MK, maka pekerja bisa kembali mendapat
              kepastian hukum untuk hal-hal yang telah dihapuskan. Seperti pengupahan dan pemberian uang
              pesangon  dari  perusahaan.  "Muatan  materi  di  UU  Ciptaker  tidak  lebih  baik  dan  justru  lebih
              rendah dari UU Ketenagakerjaan," tegas Hafidz.

              Selagi proses uji materi berjalan, salah satu fraksi di DPR yang kontra UU Ciptaker juga akhirnya
              mengambil langkah. Fraksi Demokrat akhirnya menyatakan bakal mengajukan legislative review
              ke  pimpinan  DPR.  Rencana  itu  disampaikan  oleh  anggota  Fraksi  Demokrat  Didik  Mukrianto
              kemarin.

              "Sebagai  bagian  dari  sikap  Demokrat  yang  menolak  persetujuan  RUU  Cipta  Kerja  di  rapat
              paripurna DPR, kami akan menyiapkan langkah-langkah legislative review melalui tata cara dan
              mekanisme yang diatur dalam UU," jelasnya.

              Fraksi  Demokrat  terdorong  mengajukan  legislative  review  setelah  sejumlah  kesalahan
              redaksional yang ditemukan dalam UU tersebut. Pilihan ini diambil juga sebagai hak dari fraksi
              sebagai anggota DPR yang turut mengusulkan revisi UU Cipta Kerja Dia berharap langkah ini
              bisa memperkuat pula upaya judicial review yang berjalan di MK. "Kami sangat menghormati
              dan  secara  moral  men-support  segenap  pihak  yang  punya  kesamaan  pandang  dengan
              Demokrat," lanjutnya.

              Fraksi  PKS  berpendapat  lain.  Menurut  mereka,  akan  lebih  efektif  jika  presiden  menerbitkan
              Perppu  untuk  membatalkan  UU  ini.  Anggota  Fraksi  PKS  Mulyanto  menilai  bahwa  Perppu  ini
              memiliki banyak kesalahan bahkan setelah ditandatangani presiden. Alasan tersebut cukup bagi
              presiden untuk segera mengeluarkan perppu.

              "Langkah yang bijak menurut saya, pemerintah segera menerbitkan perppu pembatalan UU Cipta
              Kerja  sebagai  bentuk  pertanggungjawaban  politik  kepada  rakyat,"  jelasnya  kemarin.  Dia
              menegaskan agar pemerintah tidak memaksakan UU yang sudah terlihat pembuatannya terburu-
              buru dan pengesahannya dipaksakan itu.

              Lagi pula, Mulyanto menilai perppu lebih efektif daripada harus menunggu judicial review. Karena
              banyaknya pasal bermasalah akan membuat JR memakan waktu cukup panjang, (deb/tau/ttg)













                                                            3
   1   2   3   4   5   6   7   8   9