Page 108 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 DESEMBER 2020
P. 108
Dia menambahkan, PMI yang tercatat dalam Sistem Komputerisasi Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia (SISKOP2MI) saat ini sebanyak 3,7 juta. Namun, data World Bank mencatat ada 9
juta PMI.
Artinya ada selisih dan perbedaan jumlah data. Para PMI tersebut tersebar di 150 negara
penempatan di seluruh dunia. Mereka bekerja pada berbagai sektor mulai dari sektor formal
hingga profesional. Setiap tahunnya terdapat sekitar 270.000 PMI berangkat bekerja di berbagai
negara penempatan. "Kami juga terus berupaya mencegah jangan sampai PMI itu berangkat
secara ilegal," imbuhnya.
Lebih lanjut Benny mengatakan keberangkatan ilegal ini bisnis kotor. Dia mencontohkan, dari
satu PMI, seorang pengusaha bisa mendapatkan keuntungan Rp30-40 Juta. Untuk lolos di
Bandara, seorang PMI harus bayar Rp3 juta meskipun biayanya ditanggung oknum sindikat.
Yang paling banyak kasusnya adalah Arab Saudi, Timur Tengah dan Malaysia.
Dari sejumlah sektor pekerjaan, PMI ilegal banyak bekerja menjadi Anak Buah Kapal (ABK) asing.
"Sebenarnya agar terhindar dari hal-hal semacam ini harus memperkuat diri dengan mengikuti
pendidikan dan pelatihan, jangan ilegal," tegasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jatim, Himawan Estu
Bagijo mengungkapkan, PMI asal Jatim tahun 2019 sebanyak 68.740 orang, dengan jumlah
tenaga kerja formal 25.886 orang dan informal 42854 orang. Negara tujuan terbanyak Taiwan
31.988 orang Hongkong 23.785 Malaysia 11.662 orang.
"Pandemi COVID-19 ada instruksi dari Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) untuk
penghentian sementara penempatan PMI. Penempatan PMI tahun ini mencapai 17.981 orang.
Yang meliputi pekerja formal 5.963 orang dan pekerja informal 12.000 orang," katanya.
(msd).
107