Page 183 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 183
Saya ini sangat mengharapkan pemudapemudi desa ini maju
pendidikannya. Kalau bisa belajar ke luar negeri. Tapi, ya kok…”
Tibatiba nadanya menurun seperti orang tua yang kecewa.
Berceritalah ia mengenai dua pahlawan muda desa: saha
batku Parang Jati dan anak yang kusebut sebagai Pemuda
Kupukupu.
Kupukupu lahir di tahun yang sama denganku. Ia sesung
guhnya masih berkerabat dengan Kabur bin Sasus. Begitu
pula yang dulu kudengar diakuinya sendiri: ia pernah paman
dengan mendiang. Ia lahir dari keluarga tak berada di desa ini.
Ayahnya bekerja serabutan: menderes air nira atau menggali
batu gamping. Ibunya bekas pesinden keliling yang sama sekali
tak bisa berdagang.
Parang Jati lebih tua tiga tahun dari Kupukupu. Karena
keduanya bintang desa, ada persaingan di antara mereka.
Persisnya, Kupukupu ingin menyaingi seniornya. Tapi, Parang
Jati datang dari keluarga berada. Ia lebih banyak sekolah di
kota besar dan temanteman ayahnya banyak orang terpelajar.
Fasilitas dan perhatian yang ia dapat sejak kecil agaknya
membuat ia kenyang dan penuh. Ia jadi lebih suka menyendiri.
Ia tak banyak bergaul dengan orang desa ini lagi.
“Bapak tidak bilang dia sombong. Hanya, orangnya pen
diam. Atau barangkali dia sudah tidak cocok dengan orang
dusun, ya? Apa kalau di kota dia juga pendiam begitu?”
“Orangnya tidak suka ramerame saya kira,” sahutku.
Sedangkan waktu kecil Kupukupu sangat mengidolakan
Parang Jati. Parang Jati tentu saja tidak pernah memandang
kepada Kupukupu, yang tiga tahun di bawahnya. Setiap kali
Jati pergi berenang di sungai atau pantai dengan temanteman
seangkatannya, Kupu pasti ikutikut. Kupu suka mengintai dan
menirukan idolanya.
Pada suatu kali, ada utusan pemerintah pusat datang
ke desa ini. Mereka membawa kabar bahwa ada program
1 3