Page 117 - Tokoh Pemikir Karakter Bangsa
P. 117

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA




                mengenai  bagaimana  dan  dengan  apa  bangsa  ini  harus  dibentuk,
                menjadi  satu  aspek  penting      yang  mendapat  perhatian.  Selain  itu,
                tulisan  ini  juga  menfokuskan  kajian  pada  persoalan  “polemik
                kebudayaan”  di  mana  Soetomo  juga  menawarkan  pemikirannya
                terkait  konsep  kebudyaan  dan  sistem  pendidikan  yang  sekiranya
                cocok untuk bangsa Indonesia.


                2.6. Riwayat Hidup
                                                     42
                        Soetomo lahir pada tanggal .  Ia terlahir dari keluarga yang
                terbilang mapan. Masa kecilnya dikenal dengan nama Subroto. Masa
                kecil Soetomo banyak dihabiskan bersama neneknya, Singowidjojo di
                Ngapeh. Karena sewaktu kecil sang Ibu menyapihnya sampai dengan
                usia  enam  tahun.  Hal  ini  yang  kemudian  membuatnya  lebih  dekat
                dengan nenek dan eyangnya daripada orang tuanya sendiri. Bahkan
                dalam otobiografinya ia mengatakan secara terang-terangan bahwa
                ia lebih menyayangi embah dan eyangnya, ia tidak begitu menaruh
                                                                                43
                rasa sayang pada orang tuanya, melainkan hanya rasa hormat.  Di
                lingkungan neneknya, Soetomo kecil hidup dalam suasana kebatinan
                Jawa yang sangat kuat, meskipun hal tersebut nampaknya tidak tidak
                terlalu mempengaruhi jiwa Soetomo.
                        Pada usia enam tahun Soetomo kemudian pindah mengikuti
                ayahnya ke Madiun. Namun tak lama di Madiun ia harus pindah lagi
                ke  Bangil  untuk  sekolah  di  sekolah bumiputra  Belanda.  Di  Bangil  ia
                tinggal bersama Arjodipuro. Saat ingin memasuki sekolah Belanda di
                Bangil,  Soetomo  mengalami  penolakan  dari  pihak  sekolah.  Hal  ini
                dikarenakan  ayahnya  tidak  dikenali  oleh  pihak  sekolah.  Keesokan
                harinya Arjodipuro datang kembali ke sekolah tersebut. Namun untuk
                mengakalinya,  namanya  diganti  dari  Subroto  menjadi  Soetomo.
                Meskipun  sebenarnya  ia  lebih  suka  dengan  nama  Subroto,  nama
                Soetomo telah memberikan peruntungan baginya. Dengan nama itu,
                Soetomo  akhirnya  bisa  menempuh  pendidikan  rendahan  tersebut,
                yang kala itu tidak semua masyarakat pribumi dapat merasakannya.






                                                                                 107
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122