Page 89 - Tokoh Pemikir Karakter Bangsa
P. 89

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA




                itu.  Pujangga  Baru  sangat  berpegaruh  kuat  pada  sikap,  pemikiran,
                                                          12
                dan orientasi budaya generasi selanjutnya.
                        Kontribusi lain dari Pujangga Baru dalam kancah kesusatraan
                Indonesia adalah membangkitkan tradisi berpolemik sebagai sebuah
                dinamika kebudayaan tentang bangsa atau tentang hal lain sebagai
                usaha  menciptakan  cara  berfikir  kritis.  Dalam  esai-esai  yang  ditulis
                oleh  para  tokoh  Pujangga  Baru  kita  juga  dapat  melihat  betapa
                mereka  sesungguhnya  juga  memilki  perbedaan  dalam  pandangan,
                khusunya dalam kebudayaan.

                        Ketika  Jepang  masuk  dan  menduduki  Indonesia,  majalah
                Pujangga  Baru  dilarang  terbit.  Pemerintah  Jepang  menganggap
                majalah Pujangga Baru bersifat kebarat-beratan. Kala itu salah satu
                misi  Jepang  di  Indonesia  adalah  menghapus  segala  sesuatu  yang
                berbau  Barat.  Nampaknnya,  pelarangan  tersebut  sama  sekali  tidak
                mematikan semangat Sutan Takdir bersama kawan-kawannya untuk
                tetap  menghidupkan  kembali  peneribtan  majalah  itu  selepas
                Indonesia merdeka.

                        Demikianlah,  setelah  Indonesia  merdeka,  Sutan  Takdir
                mendapatkan amunisi baru dalam Pujangga Baru yang dipimpinnya,
                yakni para sastrawan muda yang kemudian sangat terkenal. Di antara
                mereka  adalah  Chairil  Anwar,  Rivai  Apin,  Asrul  Sani,  Achdiat  K.
                Mihardja, Dodong Djiwapraja, Hariadi S. Hartowardojo, S. Rukiah, dan
                beberap  tokoh  lainnya.  Namun,  pada  1953  Sutan  Takdir
                menghentikan  penerbitan  majalah  ini.  Ia  kemudian  menerbitkan
                majalah  baru  bernama  Konfrontasi  (1954-1962).  Staf    redaksinya
                dijabat  berbagai  tokoh  sastrawan  seperti,  Soejadmoko,  Beb  Vuyk,
                Hazil Tanzil, Achdiat K. Mihardja, dan lain-lain.

                        Meskipun  pada  tahun  1953  majalah  Pujangga  Baru  telah
                ditutup,  namun  kelahirannya  dalam  kancah  kesusatraan  Indonesia
                telah banyak memberikan pengaruh yangsa sangat besar, terutama
                bagi perkembangan kesusatraan dan kebudayaan. Gagasan-gagasan
                yang  baru  dalam  bidang  sastra,  bahasa,  dan  budaya  juga  banyak
                menimbulkan  reaksi  dari  berbagai  kalangan.    Berbagai  esai  yang




                                                                                  79
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94