Page 77 - Fikih MI 6 Fix ayomadrasah
P. 77
4. Tata Cara Menyembelih Binatang
Dalam Islam, menyembelih binatang sangat dianjurkan untuk dilakukan dengan baik
dan lemah lembut. Sebisa mungkin sebelum dan pada saat menyembelih tidak menyakiti
binatang.
Dalam hadis riwa at Imam Muslim dari Abu a‟la, dia berkata bahwa Nabi saw.
bersabda; َ
َ
ْ
ُ َ
َ َ
َ
ْ
َ َ
َ
َ
ُ ْ َ َ َ َ
َ َ ْ
ُ
َّ
َ
َ
ْ ْ َ
َ َ َ ْ
ْ
ُ ْ
ُ ْ
ْ
َ
ّ
اىىظحأف مخحبذ اذئو ،تلخللا اىىظحأف مخلخك اذاف ، ٍ ءى ش لو ىلؽ ناظحالإ بخه الله نئ ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
َ
ْ
ْ
َ
ّ
ْ ُ َ ُ َ ْ َ
ُ َ َ َّ ُ َ َ ْ
ُ َ َ ْ
َ
ْ
)ملظم ٍاوز( َ هخحُبذ حرحلو هجسفػ مهدحأ دحُلو ،حبرلا
ِ
ِ
ِ
ِ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu. Apabila kalian
membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Apabila kalian menyembelih, maka sembelihlah
dengan baik dan hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan
senangkanlah binatang yang akan disembelih.” (HR. Muslim)
Proses penyembelihan dalam agama Islam adalah tidak sekedar mematikan hewan saja,
tetapi juga harus memenuhi syarat dan ketentuan yang sudah ada. Demikian ini adalah untuk
menghindari dari penyiksaan terhadap hewan tersebut, dan hewan tersebut memenuhi syarat
untuk dikonsumsi oleh orang muslim.
Untuk mendapatkan daging yang halal dan baik dari hewan yang disembelih maka kita
harus memperhatikan adab, aturan-aturan, atau ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
oleh syariat Islam. Mulai dari rukun, syarat, sunnah dan hal-hal lainnya yang masih
berkaitan dengan penyembelihan hewan tersebut.
a. Rukun-rukun menyembelih hewan
Rukun untuk menyembelih hewan di sini terdapat tiga macam, yaitu:
1) Orang yang menyembelih hewan (penyembelih).
2) Hewan yang akan disembelih.
3) Alat untuk menyembelih hewan.
b. Syarat-syarat untuk penyembelih hewan
Sebagai seorang yang akan menyembelih hewan, agama Islam memberikan syarat
sebagai berikut:
1) Orang tersebut harus beragama Islam.
2) Berakal sehat (tidak sedang dalam kondisi mabuk atau gila).
3) Mumayyiz (mampu dan bisa membedakan antara yang haq dan yang baṭil).
FIKIH MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS VI 67