Page 19 - Kelas XI_Sejarah Indonesia_KD 3.2
P. 19
Dalam perjuangan tersebut, Diponegoro menggunakan langkah jitu. Yakni
dengan menyerukan kepada rakyat Mataram untuk berjuang bersama-sama dalam
menentang Koloni yang dengan jelas menindas rakyat. Seruan kemudian
disebarluaskan di seluruh tanah Mataram, khususnya di Jawa Tengah dan mendapat
sambutan hampir sebagian besar lapisan masyarakat.
Akhirnya, daerah Selarong penuh sesak karena dipenuhi oleh pasukan rakyat.
Perang untuk menentang penguasa kolonial Belanda meledak dan membakar hampir
seluruh tanah Mataram, bahkan sampai ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Akhirnya,
peperangan pun tidak dapat dihindarkan. Pasukan belanda kewalahan menghadapi
pasukan Diponegoro selama bertahun-tahun lamanya. Dalam beberapa pertempuran,
pasukan Belanda selalu kalah. Hal ini membuat pasukan Belanda dari Madura dan
daerah-daerah lain berdatangan untuk membantu pasukan di Yogyakarta yang sedang
terserang. Akibatnya, pasukan Diponegoro banyak yang menderita kekalahan dan
gugur di medan perang. Pangeran Diponegoro juga didukung oleh para ulama dan
bangsawan. Daerah-daerah lain di Jawa ikut berjuang melawan Belanda. Kyai Mojo
dari Surakarta mengobarkan Perang Sabil. Antara tahun pasukan Diponegoro mampu
mendesak pasukan Belanda.
Dalam menangani perlawanan Diponegoro tersebut, lagi-lagi Belanda
menggunakan siasat yang licik. Pada tahun 1827, Belanda mendatangkan bantuan dari
Sumatra dan Sulawesi. Jenderal De Kock menerapkan taktik perang benteng stelsel.
Taktik ini berhasil mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Banyak
pemimpin pasukan Pangeran Diponegoro gugur dan tertangkap. Namun demikian,
pasukan Diponegoro tetap gigih. Akhirnya, Belanda mengajak berunding. Dalam
perundingan yang diadakan tanggal 28 Maret 1830 di Magelang, Diponegoro disergap.
Pada posisi tidak siap perang, pangeran Diponegoro serta pengawalnya dengan
mudahnya di sergap, dilucuti dan dimasukkan ke dalam kendaraan khusus residen.
Kendaraan ini sudah terlebih dahulu disiapkan oleh pihak Belanda. Dengan
pengawalan yang ketat, pasukan Belanda kemudian membawa pangeran Diponegoro
menuju Ungaran. Diponegoro kemudian akan dibawa ke Batavia, sebelum itu dia
dibawa terlebih dahulu ke kota Semarang. Tepat pada tanggal 3 Mei tahun 1830,
pangeran Diponegoro dan stafnya dibawa ke daerah pembuangan, yaitu di Menado.
Pangeran Diponegoro beserta 19 orang termasuk keluarga dan stafnya juga ikut
dibuang. Kemudian pada tahun 1834 pangeran Diponegoro dan yang lainnya
berpindah ke daerah pembuangan lain, yaitu Makassar. Setelah menjalani masa
tawanan selama 25 tahun, Pangeran Diponegoro kemudian meninggal pada tanggal 8
Januari tahun 1855 tepatnya saat berusia 70 tahun.