Page 80 - WO Maret
P. 80
After
Hours
KetiKa Robot
MenyajiKan MaKanan
Nasakah: Angie Diyya Foto: Istimewa
eorang pelanggan memasuki restoran dan memindai kode
QR lewat ponsel pintarnya di pintu masuk. Tak lama kemudian
tampak robot sebesar oven microwave bergerak untuk menerima
S dan mengantarkan pesanan di bagian tengah ruangan. Suasana
ini sekarang hadir di dunia nyata: restoran yang mempekerjakan robot.
Kemampuan yang dimiliki robot mulai menggeser peran manusia di
dalam bisnis jasa layanan. Sekarang ajang bersantap otomatis menjadi
lebih umum. Di Shanghai Cina, ini sudah terwujud. Robot.he menggantikan
tugas pelayan mengantarkan pesanan ke meja. Menurut pemilik restoran,
keuntungan yang dimiliki robotlah yang menjadi alasannya. Mereka bisa
memangkas biaya gaji pegawai salah satunya.
Lain halnya dengan Spyce di Boston, Amerika. Lebih dari sekadar
menyajikan, di restoran ini robot dapat memasak makanan kompleks sesuai
permintaan. Sementara, Creator di San Francisco memiliki robot pembuat
burger, dengan kaca transparan besar dan bahan-bahan dalam tabung
silinder. Setiap perangkat menghasilkan burger keju seharga US$6. Mesin
ini juga mampu membuat berbagai jenis burger dengan kombinasi rasa,
bahan, dan bumbu berbeda. “Kami ingin merancang perangkat yang mampu
membuat makanan sesuai perintah,” jelas pemilik restoran Alex Vardakostas.
Contoh lainnya adalah Cafe X yang menampilkan lengan robotik meracik
minuman kopi di belakang panel kaca. “Kami ingin orang melihat robot
membuat minuman, sehingga mereka tidak merasa seperti beli di mesin
penjual otomatis,” ujar sang CEO Cafe X Henry Hu. Soal kualitas rasa, banyak
yang awalnya skeptis bahkan khawatir. Salah satu pemilik restoran mengira
pengunjung ramai datang ke restoran, karena ingin tahu dan merasakan
layanan dari robot. Ternyata alasannya adalah kualitas makanan yang
disajikan. “Karena robot yang membuat porsi dan memasak, kami dapat
memastikan masakan itu diproses secara konsisten dan akurat. Keuntungan
lainnya, teknologi ini memungkinkan karyawan untuk fokus menciptakan
koneksi lebih dengan para pengunjung,” ujar pendiri Spyce Brady Knight.
Meskipun robot banyak mengambil alih peran di bidang usaha makanan,
tapi beberapa tugas tentu saat ini masih harus ditangani oleh manusia.
Misalnya mengantarkan pesanan ke rumah. Satu hal lagi, robot mungkin
tidak bisa memberikan pelayanan keramahan sama seperti pramusaji,
hanya dapat menciptakan pengalaman futuristik. Ke depan, tidak berarti
semua pekerjaan diotomatiskan, tetapi ini merupakan pengingat bahwa
otomasi akan terus membentuk tenaga kerja dengan cara tertentu maupun
mengubah pengalaman pelanggan. Tertarik untuk mencoba makan di salah
satu automated restoran ini? wo
80 | | MARET 2020 MARET 2020 | | 81