Page 4 - E-Book Sejarah Kebangkitan Nasional
P. 4
E-Book 2020
Bangsa Indonesia saat itu kondisinya bodoh, terbelakang, dan kemisikinan merajalela.
Mereka yang mengenyam pendidikan dan sadar akan nasib bangsanya selanjutnya menjadi
tokohtokoh Kebangkitan Nasional.
C. Perintis Kebangkitan Nasional
1. Perkembangan Organisasi Budi Utomo
Budi Utomo merupakan organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan siswa
STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada 20 Mei 1908. Ini diprakarsai
oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi tersebut bersifat sosial, ekonomi dan budaya
tetapi bukan politik. Dokter Wahidin Soedirohusodo merupakan dokter lulusan STOVIA
(Sekolah Kedokteran Jawa) yang menyadari bagaimana terbelakang dan tertindasnya rakyat
akibat penjajahan Belanda. Menurutnya, salah satu cara untuk membebaskan diri dari
penjajahan, rakyat harus cerdas. Untuk itu, rakyat harus diberi kesempatan mengikuti
pendidikan dan pengajaran serta memupuk kesadaran kebangsaan. Dokter Wahidin
Soedirohusodo menggagas tentang perlunya mendirikan organisasi yang bertujuan
memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Gagasan ini ternyata disambut
baik oleh para pelajar STOVIA. Pada tanggal 20 Mei 1908, lahirlah Budi Utomo. Budi
Utomo berasal dari kata Sansekerta, yaitu bodhi atau budhi berarti ”keterbukaan jiwa”,
”pikiran”, ”kesadaran”, ”akal”, atau ”pengadilan”, yang juga bisa berarti ”daya untuk
membentuk dan menjunjung konsepsi dan ide-ide umum”. Adapun perkataan utomo berasal
dari utama, yang dalam bahasa Sanskerta berarti ”tingkat pertama” atau ”sangat baik”.
Pendirian Budi Utomo menjadi awal dari sebuah gerakan yang bertujuan untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia meskipun pada saat itu organisasi tersebut awalnya hanya ditujukan
untuk kelompok-kelompok berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal pendirian Budi Utomo, 20
Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, jam
sembilan pagi, yang terletak di ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya.
Dia menyatakan bahwa masa depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Jadi Boedi
Oetomo lahir. Namun, pemuda itu juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa
kedokteran masih banyak, selain harus berorganisasi. Karena itu, mereka berpendapat bahwa
“orang tua” harus memimpin Budi Utomo, sementara orang muda sendiri akan menjadi
motor yang akan menggerakkan organisasi.
Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami pergantian pemimpin organisasi.
Sebagian besar pemimpin berasal dari “priayi” atau bangsawan dari istana, seperti Raden
Adipati Tirtokoesoemo, mantan Bupati Karanganyar, dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari
Istana Pakualaman. Budi Utomo menjalani fase perkembangan penting selama
kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo. Pada saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda
yang banyak berjuang untuk rakyat Indonesia, terus terang menyadari kata “politik” adalah
tindakan nyata. Berkat pengaruh pemahaman tentang “tanah air Indonesia” itu menjadi lebih
dan lebih dapat diterima dan masuk ke dalam pemahaman Jawa. Kemudian Indische Partij
muncul yang sudah lama disiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Asosiasi ini
Sejarah Kebangkitan Nasional Page 4