Page 83 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 83
Kedekatan jarak antara Natuna dan Malaysia, Singapura, dan Vietnam memang
telah membuat Natuna menjadi pasar bagi barang-barang produksi dari kedua
negara tersebut, baik berupa barang konsumsi maupun barang kebutuhan lainnya.
Pasar Natuna dibanjiri oleh barang-barang kebutuhan sehari-hari dari Malaysia
dan Singapura. Harga barang-barang kebutuhan tersebut bahkan lebih murah jika
dibandingkan dengan harga barang-barang yang didatangkan dari wilayah Indonesia
sendiri. Jarak yang cukup jauh dan sarana transportasi yang kurang memadai (
dilayani oleh kapal perintis yang datang di Pelabuhan Penagi/Ranai hanya setiap 13
hari sekali) menyebabkan barang kebutuhan sehari-hari tidak selalu tersedia sehingga
harga barang di tingkat konsumen menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, wajar bila
dalam kehidupan sehari-hari penduduk Natuna lebih memilih untuk mengonsumsi
barang-barang dari luar yang selalu ada di pasaran dengan harga terjangkau. Keadaan
seperti itu tentu bukan cerminan lunturnya rasa kebangsaan, tetapi merupakan suatu
upaya untuk menyikapi keadaan tanpa harus banyak protes pada pemerintah.
Selanjutnya, Natuna merupakan wilayah yang pada masa lalu diatur oleh seorang
Datuk Kaya yang memiliki pengaruh sangat kuat pada masyarakat tempatan.
Demikian pula adat istiadatnya sudah berjalan dan dipegang teguh oleh masyarakat
tempatan. Wan Taruhsin (2000) menyebutkan bahwa selain adat istiadat di dalam
mengatur dan menjalankan pemerintahan di wilayah Datuk Kaya Pulau Tujuh,
di Natuna juga dijumpai adat istiadat Upacara Nikah Kawin, Khatam Alquran,
berkhitan, melahirkan, dan kematian yang kesemuanya disesuaikan dengan hukum
syarak yang bersendikan Islam.
Sementara itu, latar belakang adat istiadat masyarakat Kabupaten Natuna merupakan
perpaduan antara budaya Melayu dan budaya bangsa Arab dan negara-negara
semenanjung (Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Cina). Hal itu disebabkan oleh
adanya hubungan perdagangan yang terjadi antara Natuna dan negara-negara
tersebut. Hubungan perdagangan ini telah terjadi cukup lama, bahkan sebelum
Natuna masuk ke wilayah Kerajaan Riau Lingga. Pengaruh budaya dari Arab atau
Siam (Thailand) nantinya tampak pada kesenian seperti teater Mendu yang berasal
dari Siam. Syair dan musik dipengaruhi dari Arab, seperti berdah, hardah, dan rebana.
Keberagaman Budaya Natuna
a. Kesenian Tradisi
Natuna juga memiliki sejumlah kesenian tradisi yang terancam punah. Dua
diantaranya telah ditetapkan jadi warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia,
yakni Mendu dan Langlang Buana.
Mendu
Mendu berarti ‘menghibur rindu’. Para saudagar, nelayan dan petani menghibur
diri setelah lelah bekerja di siang harinya. Mereka memainkan musik, nyanyian,
dan berpantun sebagai pelepas rindu pada kampung halaman. Permainan Mendu
66 Sejarah Wilayah Perbatasan Kepulauan Natuna