Page 10 - Sampul Modul Ajar SKI Lembar Kerja Krem dan Coklat Ilustrasi
P. 10
a. Ṣalahuddīn Yusuf al-Ayyubi (1171–1193 M)
1. Biografi Ṣalahuddīn Al-Ayyubi
Salahuddīn Yusuf al-Ayyubi lahir di Benteng Tikrit tahun
532 H/1137 M, dari keluarga Kurdi. Ayahnya, Najmuddin
Ayyub, dan pamannya, Asaduddin Syirkuh, hijrah ke Tikrit
dan mengabdi pada Imaduddin Zanky, Gubernur Seljuk
Mosul. Setelah merebut Balbek tahun 534 H/1139 M,
Najmuddin diangkat sebagai gubernur di sana. Sejak kecil,
Ṣalahuddīn dididik dalam ilmu agama seperti sastra, ilmu
kalam, Al-Quran, dan hadis. Ia bercita-cita menjadi ulama
dan dikenal rendah hati, santun, serta penuh belas kasih.
Selain itu, ia mempelajari strategi perang dan politik,
termasuk menimba ilmu di Damaskus selama sepuluh tahun
di bawah naungan Nuruddin Mahmud.
Karir militernya dimulai saat bergabung dengan pasukan
pamannya ke Mesir untuk membantu Perdana Menteri
Syawar menghadapi pemberontakan. Setelah
Setelah pamannya wafat, Ṣalahuddīn diangkat sebagai panglima pada 1169 M. Ia berhasil
memperkuat pertahanan Mesir dan berulang kali menggagalkan serangan pasukan Salib.
Impian bersatunya kaum Muslim tercapai pada September 1174 saat Ṣalahuddīn
menundukkan Dinasti Fatimiyah di Mesir dan tunduk pada kekhalifahan Abbasiyah di
Baghdad. Dinasti Ayyubiyah kemudian menggantikan dinasti Syi’ah tersebut. Keberhasilan
Ṣalahuddīn memimpin Mesir membuat Nuruddin Zanki khawatir tersaingi. Hubungan
keduanya memburuk. Pada 1175, Nuruddin mengirim pasukan ke Mesir, namun gagal karena ia
meninggal saat armadanya masih dalam perjalanan. Kekuasaan pun jatuh ke tangan putranya
yang masih muda.
Salahuddīn datang ke Damaskus untuk menyampaikan bela sungkawa dan disambut hangat.
Tiga tahun kemudian, raja muda itu wafat dan Ṣalahuddīn diangkat sebagai khalifah di Suriah
dan Mesir. Dengan cara terhormat, ia menikahi janda Sultan sebagai bentuk penghormatan
pada dinasti sebelumnya. Ṣalahuddīn memulai kepemimpinannya dengan memperbaiki
ekonomi, menata militer, dan menyatukan negara-negara Muslim untuk melawan pasukan
Salib. Pada usia 45 tahun, Ṣalahuddīn menjadi tokoh paling berpengaruh di dunia Islam. Dalam
12 tahun, ia berhasil menyatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, Jazirah Arab barat, dan
Yaman di bawah kekhalifahan Ayyubiyah, dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahan. Ia
wafat di Damaskus pada 1193 M, usia 57 tahun.