Page 162 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 162
',
' · S. Gabungan Politik Indonesia·( GAPI)
, Akibat kemunduran dari PPPKI maka pada tahun 1939 lahir-
. Iiih dabungan Politik Indonesia disingkat GAPI yang bertujuan
untuk mempersatukan semua partai politik yang memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dalam satu wadah politik baru. Dalam
Kongresnya 19 - 20 Desember 1939 diputuskan antara lain bahwa .
semua anggota GAPI tidak bertindak sendiri-sendiri. Gapi kemu-
diat;l menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia 23 - 25
Desember 1939 dihadiri juga oleh organisasi-organisasi yang
tadinya bukan organisasi politik. Kongres yang diselenggarakan
GAPI ini memutuskan untuk mengadakan aksi Indonesia berpar-
lemen. Selain itu diputuskan untuk mengakui bendera Merah
Putih. Bulan Agustus 1940 GAPI mendesak pemerintah kolonial
untuk segera membentuk parlemen dengan mengubah sama sekali
Volksraad yang ada pada waktu itu dengan mengikutsertakan
seluruh rakyat Indonesia. Pimpinan GAPI pada waktu itu ialah
Abikusno Tjokrosujoso dari PSII, A.K. Gani dari Gerindo, Su-
kardjo Wirjopranoio, DR. G.S.S.J. Ratulangi dari Persatuan Mina-
hasa, Mr. Sartono dari Gerindo dan M.H. Thamrin dari Parin-
dra. 226)
GAPI masuk ke Sulawesi Utara dengan propaganda dari
Abikusno Tjokrosujoso akhir tahun 1939. Dengan demikian maka
beberapa partai politik di daerah ini segera menyesuaikan diri
dengan pengurus pusat masing-rnasing untuk bergabu.ng dalam
GAPI. Di Bolaang Mongondow, R. Muaja dari Parindra datang
menghubungi PSII yang dipimpin oleh Adampe Dolot untuk '
membentuk GAPI Cabang di sana. Mulai saat ini terbentuklah
GAPI Cabang Bolaang Mongondow dengan Adampe Dolot dari
2
PSII sebagai ketuanya. 27)
6. Gerakan Indonesia Berparlemen
Aksi atau gerakan Indonesia berparlemen ini adalah hasil
keputusan Kongres Rakyat Indonesia yang diselenggarakan GAPI
23 - 25 Desember 1939. Kongres itu memutuskan untuk mende-
sak pemerintah kolonial Belanda agar segera membentuk suatu
Badan Perwakilan Rakyat untuk menggantikan Volksraad.
226) .A.K. Pringgodigdo S.H. op. cit., hal. 140.
227) Wawancara dengan Samin Imban, 25-9-1978.
153