Page 59 - LAPORAN PENELITIAN INSTITUSIONAL
P. 59
59
sebagai sesuatu yang aversif, perfeksionis, dan keyakinan yang berlebihan terhadap
kemampuan diri.
Fakta empiris tentang gejala kejenuhan belajar pada mahasiswa dengan segenap
implikasi psikologisnya mengisyaratkan perlunya layanan konseling yang merujuk
pada pemecahan masalah, seperti yang dijelaskan oleh Pietrofesa (1980) dalam
Natawidjaja (2009) bahwa “ …is a problem-oriented and largely remedial process
that accelerates individual problem resolution in a group counseling”. Menurut
Pietrofesa konseling kelompok cocok diterapkan bagi orang-orang yang mengalami
beberapa kesulitan, ketidakpuasan atau terlibat dalam perilaku yang bersifat
menghambat perkembangan diri (self defeating).
3.2. Rumusan Masalah
Menurut Mubiar (2009) burnout memiliki komponen kognitif, perilaku, dan
emosional. Oleh karena itu konseling kelompok dipandang potensial sebagai modus
intervensi. Hal ini sejalan dengan pandangan Bandura (Natawidajaja, 2009) bahwa
konseling kelompok paling efektif untuk menimbulkan perubahan psikologis, baik
mencakup komponen subyektif dan emosional, maupun komponen tingkah laku
nyata. Karena dalam pendekatan konseling kelompok terdapat banyak metode dan
teknik intervensi, maka masalah utama yang akan diteliti adalah “seperti apa model
konseling kelompok yang efektif untuk mengurangi kejenuhan (burnout)
belajar mahasiswa”.
3.3.Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh suatu model konseling
kelompok kejenuhan (burnout) belajar pada mahasiswa. Secara khusus tujuan penelitian
adalah menemukan hal-hal berikut; (1) tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh
mahasiswa, (2) faktor penyebab kejenuhan belajar mahasiswa, (3) upaya mahasiswa dalam
mengurangi kejenuhan belajar, (4) model konseling kelompok untuk mengatasi kejenuhan
(burnout) belajar mahasiswa dan (5) keefektifan model konseling kelompok untuk
mengatasi kejenuhan (burnout) belajar mahasiswa