Page 100 - E bokk Kelas_04_SD_Pendidikan_Agama_Buddha_dan_Budi_Pekerti_Siswa_2017-1-115_Neat
P. 100
sebuah batang kayu yang terapung-apung di sungai yang banjir besar. Setelah
mendekat, ternyata bukan hanya pemuda sendirian, tetapi juga ada makhluk
lain yang berpegangan erat di batang kayu yang sama, yaitu seekor Ular, Tikus,
dan Burung Kakak Tua.
Diceritakan pula bahwa ular dan tikus sebenarnya adalah kelahiran kembali
dua orang saudagar yang kaya raya di Benares. Dua saudagar kaya tersebut
terkenal sangat kikir dan menyimpan hartanya dengan menguburnya di tepi
sungai. Setelah kematiannya, kedua saudagar itu terlahir sebagai ular dan
tikus yang tetap menunggui hartanya yang dikubur di tepi sungai. Ketika
banjir datang, kedua binatang itu bersama burung kakak tua yang belum bisa
terbang terseret arus bersama dengan seorang pemuda.
Adapun pemuda itu sebenarnya adalah anak seorang raja bernama
Brahmadata di Benares. Ia terkenal sangat kasar dan kejam. Tidak sedikit
orang yang membenci perbuatannya itu. Pada waktu ia berenang di sungai,
tiba-tiba sungai banjir dan ia pun tak dapat menyelamatkan diri sehingga
hanyut bersama arus sungai yang deras. Beruntung ia dapat berpegangan
pada sebatang kayu yang terapung di sungai. Dalam perjalanannya, ikut pula
Ular, Tikus, dan Burung Kakak Tua yang menyelamatkan diri dari banjir dengan
berpegangan pada kayu yang sama.
Petapa itu berlari ke tepi sungai dan berteriak, “Jangan takut! Aku akan
menyelamatkanmu!” Lalu ia menyeret kayu itu ke tepi sungai. Ia membantu
Pangeran itu naik ke darat, demikian pula Ular, Tikus, dan Burung Kakak Tua ikut
diselamatkan. Petapa itu menyalakan api untuk menghangatkan mereka serta
memberi mereka makan sehingga badannya kembali sehat dan segar. Tetapi
pemuda sombong itu merasa iri dan tidak senang petapa itu menyelamatkan
Ular, Tikus, dan Burung Kakak Tua. Dalam hatinya ia membenci petapa yang
telah menolongnya.
Keesokan harinya, Ular, Tikus, dan Burung Kakak Tua menghampiri petapa
untuk mengucapkan terima kasih atas pertolongannya. Ular berkata, “Yang
Mulia, terima kasih atas semua jasa baikmu pada saya, dan aku bukanlah ular
yang miskin. Di suatu tempat aku mengubur harta senilai 40 juta keping emas.
Karena nyawa sungguh tak ternilai, kapan pun Yang Mulia memerlukan uang,
datanglah ke tepi sungai dan panggilah aku.” Demikian pula Tikus, dengan
harta senilai 30 juta keping emas. Kakak Tua berjanji akan memberikan beras
yang terbaik ketika petapa tersebut membutuhkan.
Adapun pangeran jahat itu masih menyimpan dendam dan kebencian. Ia
masih saja berpikir cara membunuh petapa jika ia melihatnya lagi. Namun, ia
94 Buku Siswa Kelas IV SD