Page 151 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 151

tokoh  daerah,  terutama  Bali,  Sulawesi  Selatan,  Maluku,  Lombok,
                   sumbawa, dan Timor. NIT memunculkan tokoh-tokoh, yakni Cokorde
                   Gde  Raka  Sukawati,  Nadjamoedin  Daeng  Malewa,  Ide  Anak  Agung
                   Gde Agung, Sultan Mohammad Kaharoedin (Sumbawa), Julius Tahija
                   (Maluku  Selatan),  E.  Katoppo,  dan  A.C.  Manoppo  (Sulawesi  Utara).
                   Dalam  perjalanan  NIT,  Anak  Agung 32   kemudian    tampil    sebagai
                   tokoh terkemuka yang pada 1948 terpilih menjadi perdana menteri
                   NIT dan merangkap sebagai menteri urusan dalam  negeri.
                           Sebelumnya, Anak Agung sebagai anggota delegasi dari Bali
                   dalam  Konferensi  Denpasar  itu,  mengecam  isi  dari  peraturan
                   pembentukan     NIT   yang   dianggapnya    masih    menunjukkan
                   kecenderungan  untuk  melindngi  sebanyak  mungkin  kepentingan
                   Belanda.  Substansi  kepentingan  kolonial  berupa  Undang-Undang
                   yang  sengaja  dirancang  untuk  mempertahankan  eksistensi
                   pemerintahan  kolonial.  Penilaian  ini  logis  karena  Undang-Undang
                   tersebut merupakan rancangan para pegawai kolonialis, seperti
                   C.H.J.R.  de  Wall,  J.  Hangelbroek  dan  Eisenberger  dan  ketiganya
                   pernah menjadi pejabat  di Departemen Dalam Negeri serta  pernah
                   sebagai  asisten  residen  di  beberapa  daerah.  Oleh  sebab  itu,  bab
                   pertama  mengenai  wilayah  Negara  Timur  Besar  yang  mencakup
                   Provinsi Timur Besar, sesuai dengan Ordonansi 19 Februari 1936 dan
                   Keputusan 25 Mei 1938, sengaja mengesampingkan wilayah  Nieuw
                   Guinea,  Irian  Jaya.  Jelas,  bab  itu  bertentangan  dengan  keputusan
                   Konferensi  Malino  yang  menganggap  wilayah  Nieuw  Guinea
                   tercakup  dalam Negara Indonesia Timur atau dikenal dengan  nama
                   de Groote Oost.
                           Pasca  pelantikan  sebagai  perdana  menteri,  Anak  Agung
                   segera  menyusun  berbagai  program  penting  untuk  membangun
                   pemerintahan,  negara,  dan  masyarakat  Indonesia  Timur.  Masalah
                   pertama dan penting dirumuskan adalah dasar kebijakan politik serta
                   pedoman  kerja.  Ia  ingin  mengubah  sikap  mental  birokrasi  kolonial
                   menjadi  mental  birokrasi  yang  merdeka  dan  berdaulat,  agar
                   pemerintahannya  benar-benar  mengabdi  bagi  kepentingan  negara
                   dan  kesejahteraan  rakyatnya.  Ia  berupaya  mengeliminasi  pengaruh
                   NICA  yang  masih  diberlakukan  pada  pemerintahan  sipil,  seperti  di
                   NIT. 33
                           Sementara  itu  terbentuknya  NIT  pada  24  Desember  1946,
                   reaksi  Republik  pada  mulanya  merespon  secara  negatif.  Namun,
                   ketika NIT berhasil mempunyai kedudukan yang berdiri sendir ke luar



                                                                                 139
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156