Page 206 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 206
Pengayaan Materi Sejarah
1957 dilangsungkan Musyawarah Nasional (Munas) yang dihadiri oleh
tokoh-tokoh nasional baik dari pusat maupun daerah. Dalam
pertemuan itu juga hadir bekas Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Musyawarah antara lain membicarakan masalah-masalah pemerintahan,
soal-soal daerah, ekonomi, keuangan, Angkatan Perang, kepartaian,
dan masalah yang menyangkut Dwi Tunggal Sukarno Hatta. Pada acara
penutupan tanggal 14 September 1957 dikeluarkan pernyataan
bersama yang ditandatangani oleh Presiden Sukarno dan bekas Wakil
Presiden Mohammad Hatta.
Sebagai kelanjutan dan untuk melaksanakan keputusan-
keputusan Munas di bidang ekonomi dan pembangunan, tanggal 25
November sampai 4 Desember 1957 dilangsungkan Musyawarah
Nasional Pembangunan (Munap) Jakarta. Tujuannya adalah untuk
membahas dan merumuskan usaha-usaha pembangunan sesuai dengan
keinginan daerah-daerah. Musyawarah diikuti oleh para ahli ekonomi,
wakil-wakil partai dan organisasi, tokoh-tokoh pusat dan daerah, serta
para pejabat militer. Para pemimpin militer dari segenap teritorium hadir
kecuali Letkol Akhmad Husein dari Komando Daerah Militer Sumatra
Tengah.
3.4. Menghadapi Pemberontakan-pemberontakan pada Awal Tahun
1950-an
Ketika rakyat di negara-negara bagian gencar mengajukan
tuntutan untuk kembali ke negara kesatuan, di beberapa tempat terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh beberapa golongan yang
mendapat dukungan dari pihak Belanda atau mereka yang takut akan
kehilangan hak-haknya jika Belanda meninggalkan Indonesia.
Pemberontakan-pemberontakan itu terjadi di Bandung, Sulawesi
Selatan, dan di Maluku. Bersamaan dengan itu, juga terjadi
pemberontakan yang bermotif agama Islam yang dilakukan oleh Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) oleh Kartosuwiryo di Jawa Barat.
Pemberontakan seperti itu juga terjadi di Jawa Tengah, Aceh, dan
Sulawesi Selatan.
3.4.1. Pemberontakan APRA
Pemberontakan terhadap pemerintah RIS ini terkenal dengan
nama pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dipimpin oleh
Kapten Raymond Westerling. Pemberontakan ini didalangi oleh
golongan kolonialis Belanda yang ingin mengamankan kepentingan
194