Page 25 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 25
revolusi dan sebagainya—ditulis dan dipelajari. Bahkan di masa
pemerintahan Orde Baru ini pula Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menerbitkan buku-buku tentang berbagai kejadian dan
peristiwa dari sejarah lokal. Di masa inilah pula sejarah pergerakan
kebangsaan, sejarah revolusi di daerah-daerah dan demikian pula
sejarah sosial-ekonomis dari sekian banyak kota diteliti dan diterbitkan.
Tidak kurang pentingnya ialah penerbitan riwayat hidup para pahlawan
atau mereka yang dianggap masyarakat daerah sebagai tokoh
kebanggaan. Betapapun mungkin dari sudut pendalaman teoretis dan
akademis semua aktivitas penulisan kesejarahan ini tidak begitu banyak
memberi sumbangan yang berarti, tetapi apa yang telah disajikan itu
berhasil juga merekam berbagai corak pengalaman kesejarahan yang
dialami anak bangsa di hampir semua propinsi.
Kegiatan studi kesejarahan semakin meriah juga karena sejak
tahun 1970 boleh dikatakan secara teratur setiap empat tahun sekali
Seminar--kemudian disebut Konferensi--Sejarah Nasional diadakan.
Ketika konferensi telah berakhir maka berarti sekian jilid buku yang
berisikan makalah–makalah tentang berbagai peristiwa kesejarahan
tanah air diterbitkan. Lebih daripada itu tidak pula jarang berbagai
seminar nasional dan bahkan lokal diadakan dengan acara khusus
menjelajahi masalah teori penulisan sejarah dan mencoba membuka
vista baru dalam studi kesejarahan bangsa.
Jika rezim Demokrasi Terpimpin cenderung mencurigai kajian
akademis tentang masalah sosial, ekonomi dan kebudayaan para
ilmuwan yang berasal dari negara yang dianggap termasuk barisan Old
Established Forces, maka tidak demikian halnya dengan Orde Baru.
Sejak awal kehadirannya Orde Baru memperlihatkan sikap yang relatif
lebih terbuka pada dunia luar, meskipun curiga juga pada negara-
negara komunis, terutama RRT. Maka bisalah dipahami kalau di waktu
inilah pula hasil studi tentang berbagai aspek dan peristiwa
kesejarahan—entah yang bersifat politik, ekonomi, antropologis, dan
sebagainya—karya ilmuwan asing semakin banyak memasuki pasaran
akademis Indonesia. Studi-studi ilmuwanasing ini bukan saja dapat
menambah ilmu pengetahuan tetapi tidak jarang pula memberi inspirasi
akademis, bahkan mungkin juga pengaruh akademis, pada ilmuwan
sosial dan sejarawan muda Indonesia. Di samping itu selama beberapa
tahun—sejak tahun 1970 sampai 1980--LIPI mengadakan kerjasama
dengan lembaga ilmiah Belanda, KITLV, untuk menerjemahkan dan
1
3