Page 77 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
P. 77

77



















               suasana wafatnya bung Karno pada tanggal 21 Juni 1970 dan prosesi pemakaman di blitar pada 22 Juni 1970 (sumber: antara/iPPHos).


               warga biasa. Kekuasaan yang diembannya harus diwariskan  ia berasal. Dan ia ingin rumahnya yang abadi terletak di
               kepada generasi setelahnya. Pergantian generasi dan  daerah Priangan yang sejuk bergunung-gunung dan subur.
               kekuasaan telah terjadi.                            Di daerah inilah ia pertama kali bertemu dengan marhaen,
                  semangatnya masih menyala tetapi ia sadar juga  sang petani pemberi inspirasi.
               kesehatannya tidak bisa lagi berkompromi. sukarno hanya   setelah  lengser dari  kursi  kepresidenan,  sakit yang
               mempunyai satu ginjal sehat yang harus dijaga dengan teliti  berkepanjangan  menyebabkan  kesehatannya  terus
               oleh dokter, sedangkan satu ginjal lagi sudah membatu.  menurun dengan cepat. Pada 21 Juni 1970 sang Proklamator
               untuk menjaga itu, sukarno selalu minum madu arab setiap  Kemerdekaan bangsa memenuhi panggilan sang Pencipta.
               hari dan sepuluh vitamin setiap pagi. Dokter menyarankan  tiba-tiba  seluruh  anak bangsa terkejut. Kesedihan
               agar sukarno bisa tidur siang, tetapi ia merasa tidak bisa  yang  mendalam pun menyelimuti  kehidupan  bangsa.  ia
               melakukannya. Pikirannya berpusing seperti pusaran air.  dimakamkan di blitar, Jawa timur, bukan di tengah-tengah
               betapa pahit dan pedih ia rasakan ketika hasrat terakhir  keindahan alam Priangan yang diinginkannya.
               tak mungkin terlaksana. bekerja dan berbakti untuk bangsa
               sampai tarikan napas terakhir tidak bisa terwujud. Dan
               kepedihan sangat menusuk hatinya.                        Apabila aku telah mencapai sesuatu
                  tiba-tiba  dia  menyadari  kehampaan  materi  yang    selama di atas dunia, ini adalah
               dimilikinya. setelah berpuluh-puluh tahun berjuang, ternyata   karena rakyatku. Tanpa rakyat aku
               ia tidak mempunyai  rumah yang  bisa dikatakan miliknya.
               tidak mempunyai tabungan dan mobil.                      tidak berarti apa-apa. Kalau aku mati,
                  Doa dan harapan  sukarno hanya satu, ketika  tiba     kuburkanlah Bapakmu menurut agama
               waktunya  untuk  menghadap  illahi  ia  ingin  meninggal   Islam dan di atas batu kecil yang biasa
               dengan tenang di atas tempat tidur.  ia mendambakan
               kesempatan untuk bernaung di bawah pohon yang rindang,   engkau tulislah kata-kata sederhana:
               di tengah keindahan alam di pinggir sungai dihembus      DISINI BERISTIRAHAT BUNG KARNO
               udara segar. ia membayangkan keindahan tanah air yang
               dicintainya. ia meresapkan kembali kesederhanaan tempat   PENYAMBUNG LIDAH RAYAT.



               SUKARNO:1945–196 7



   Presiden RI FINAL REVISI 20082014 CETAK_130%_03_RevSBY_M5.indd   77                                                10/21/14   3:19 PM
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82