Page 42 - 02 BUKU BAHAN MATERI FILM SEJARAH 270118
P. 42
BAHAN MATERI FILM SEJARAH
Belanda sengaja mempertahankan struktur sosial masyarakat Simalungun
yang berpola kerajaan, agar mempermudah pengawasan dan penghematan
anggaran. Belanda merasa tidak perlu repot membentuk struktur
pemerintahan baru, sebab daerah Simalungun sudah diatur secara struktur
Birokrasi yang berpola monarki, dimana raja berkuasa penuh berikut
dengan pejabat-pejabat kerajaannya. Dengan kondisi ini, kaum aristokrat
diuntungkan.
Gaya hidup kaum ini yang serba mewah, boros dan sombong
menimbukan kebencian dan dendam diantara rakyat yang hidup dalam
kemiskinan dan serba kekurangan.
Kemudian pada tahun 1942, setelah Jepang masuk, pemerintah Jepang
mencabut semua hak istimewa kaum bangsawan dan lahan perkebunan
diambil alih oleh para buruh. Kaum bangsawan tidak merasa senang dan
berharap untuk mendapatkan hak-haknya kembali dengan bekerja sama
dengan Belanda/NICA, sehingga semakin menjauhkan diri dari pihak pro-
republik.
Sesudah kekalahan Jepang dan diproklamasikannya kemerdekaan
Indonesia di Jakarta, Sumatera Timur diklaim menjadi bagian dari wilayah
Republik Indonesia. Berita kemerdekaan Indonesia ini disambut dengan
semangat yang besar di kalangan rakyat, namun tidak diikuti semangat
serupa di kalangan kaum bangsawan. Kaum aristokrat Sumatera Timur itu
dengan terang-terangan menunjukkan sikap yang menyebabkan kebencian
di kalangan pendukung kemerdekaan; mereka berharap kedatangan
Belanda kembali dan merestorasi kedudukan mereka seperti sebelumnya.
Akibatnya, ketegangan di antara kaum pergerakan nasionalis Indonesia
dengan para aristokrat itu semakin sengit, yang menyebabkan garis di
antara kedua kelompok itu semakin tajam perbedaannya. Situasi rawan
yang seperti ini menjadi api dalam sekam dan dengan sangat baik sekali
dimanfaatkan kaum berhaluan kiri, sehingga meledak menjadi revolusi sosial
42