Page 153 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 153

bekas  Hindia  Belanda  yang  dinamakan  Negara  Indonesia  Serikat
                   (NIS).   Namun    kemudian    ternyata   perundingan-perundingan
                   berikutnya untuk mewujudkan NIS tersebut tidak berjalan lancar. Hal
                   itu  terutama  disebabkan  adanya  dua  naskah  Linggajati.  Naskah
                   pertama  adalah  naskah  asli  seperti  yang  dirumuskan  di  Linggajati
                   tanggal  15  November  1946.  Naskah  ini  ditandatangani  RI  setelah
                   mendapat  persetujuan  dari  KNIP  dalam  sidangnya  di  Malang.
                   Sedangkan,    naskah   kedua    adalah   naskah    Belanda   yang
                   ditandatangani  delegasi  Belanda  pada  20  Desember  1946.  Naskah
                   Belanda tersebut telah diberi lampiran yang dianggap bagian integral
                   dari  teks  Linggajati  itu.  Adapun  lampiran-lampiran  ini,  diantaranya
                   berupa teks pidato Prof. Logermann (Menteri Seberang Laut), Garis
                   Kebijakan  Pemerintah  Belanda  tertanggal  10  Januari  1946,  pidato
                   Schermerhorn  di  Parlemen  yang  memuat  penjelasan-penjelasan
                   naskah Linggajati yang menguntungkan  mereka.

                           Di  samping  itu,  munculnya  keterangan  yang  simpang  siur
                   mengenai  apa  yang  dimaksud  dengan  federalisme  dari  Van  Mook.
                   Ketika H.J. van Mook merumusakan azas federalisme yang kemudian
                   disodorkan  kepada  pihak  Indonesia,  ia  tidak  menjabarkan  azas  itu
                   secara rinci. Secara garis besar gagasan Van Mook tersebut mengacu
                   pada konsep federalisme yang diterapkan oleh Perancis di Indocina
                   pada 1946. Malah kecurigaan pihak RI sedemikian kuatnya terhadap
                   gagasan Van Mook itu, sehingga RI menandinginya dengan tuntutan
                   “Merdeka 100%” .
                           Oleh  karena  itu,  meski  azas  federalisme  itu  diterima  oleh
                   pemerintah  Indonesia  sebagai  alternatif  terhadap  tatanan  Hindia
                   Belanda,  namun  pengertian  yang  diberikan  RI  pada  federalisme
                   kemudian  nampak  jauh  berbeda  dengan  pengertian  yang  diberikan
                   oleh pihak Belanda. Perbedaan inilah yang sesungguhnya melandasi
                   perbedaan  pendapat  antara  pihak  RI  dengan  pihak  Belanda.
                   Perbedaan-perbedaan  paham  dan  kecurigaan  antara  Belanda  dan
                   Indonesia  tersebut  kemudian  menyebabkan  Belanda  kemudian
                   menggunakan senjata untuk memaksakan keinginannya. Pada 21 Juli
                   1947  pasukan  Belanda  menyerang  wilayah  RI  yang  dikenal  dengan
                   Agresi  Militer  Belanda  Pertama.  Pada  1  Agustus  1947  Dewan
                   Keamanan PBB memeerintahkan kedua pihak menghentikan perang
                   dan melanjutkan perundingan.





                                                                                 141
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158