Page 166 - Jalur Rempah.indd
P. 166
156 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
yang bernama Gonçalo Coelho lahir. Ia tidak ragu-ragu menjalankan tugas itu,
akan tetapi ia harus menghadapi gelombang tugas dan tangungjawab karena
dengan sedikitnya tentara yang dimiliki yang kebanyakan dalam kondisi sakit,
logistik yang tidak memadai, sehingga dirasakan kekurangan stok makanan.
Raja-raja dari Daya, Pedir dan Pacem mau memasok makanan kepadanya
sehingga ia mampu bertahan, sehingga Dom Andre lebih mempercayainya
dari pada Lopo d’Azevedo, karena raja Pacem merupakan raja yang sulit
dipercaya, namun Ayres Coelho dapat menguasainya dengan baik. Namun,
setelah menerima kekuasaan dari Dom Andre, posisinya mulai terjepit. Dari
luar tembok benteng ia didesak oleh banyak musuh. Ia juga harus menghadapi
kelaparan di dalam benteng dan kurangnya berbagai prasrana yang
diperlukan untuk mempertahankan diri. Kondisi yang menyulitkan dirinya
daripada perang itu sendiri. Beberapa hari berlangsung, ia bertahan dengan
berani sampai suatu malam gabungan pasukan bumiputera yang oleh orang
159
Eropa dianggap kafir menyerang bentengnya. Ada kebiasaan di wilayah ini
bahwa orang-orang barbar ketika mereka menyusun rencana untuk merebut
benteng itu. Penyerangan dilakukan pada malam hari dalam kondisi hujan
lebat, sehingga berkabut. Kegelapan yang basah oleh air hujan menyebabkan
pencegahan penggunaan senjata api karena hujan menghambat kinerja mesiu.
Serangan itu begitu hebat sehingga kaum bumiputera dapat menguasai kubu
pertahanan dengan meriam mereka. Pertempuran berlangsung sepanjang
malam hingga fajar. Pada saat fajar, terlihat dua kapal di laut yang meluncur
ke arah benteng. Ayres Coelho segera mengirimkan sebuah perahu untuk
memberitahukan kondisi darurat yang dihadapi orang Portugis di benteng
itu, dan telah melakukan perlawanan sepanjang malam. Kapten Bastillo de
Sousa dan Martim Correa melakukan pelayaran dagang ke Banda atas seizin
gubernur. Orang-orang pemberani seperti mereka ini tidak perlu menunggu
lama. Mereka mendarat, segera menghadapi musuh dan mengusir mereka dari
aliran sungai dengan korban yang cukup besar. Setibanya ke dalam benteng,
mereka mencoba memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh orang-orang
Moor dan membuat beberapa parit yang telah terbuka. Ketika delapan hari
berlalu, sebuah kapal lain memasuki pelabuhan, yang memberi kesempatan
159 Schrieke, Indonesian Sociological Studies.