Page 13 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 13

Pendahuluan




                                 Historiografi  Dalam  Denyut Sejarah Bangsa


                                              1
                Cuplikan kisah dari kelampauan.
                        Dalam sekian banyak tulisan tentang perkembangan historografi
                Indonesia  peristiwa  ini  telah  terlupakan  atau  bahkan  mungkin  sekali
                terabaikan  saja.  Tetapi  kalau  saja  teks-teks  yang  bernuansa  renungan
                historis  sempat  diperhatikan  maka  tampaklah  bahwa  kritik  pertama
                tentang  penulisan  sejarah  dari  wilayah  yang  kini  bernama  Indonesia
                dilancarkan  oleh  seorang  putra  bangsa  yang  sedang  belajar  di  negeri
                asing—di  negeri  dari  bangsa  yang  sempat  berhasil  menjadikan  dirinya
                sebagai  yang  dipertuan  di  tanah  air  tercinta  ini.  Kritik  ini  dilancarkan
                Muhammad  Hatta  (1902-1980),  ketua  Perhimpoenan Indonesia,  pada
                tahun  1927  di  pengadilan  Den  Haag  ketika  dihadapkan  ke  pengadilan
                Belanda.  Ia  dihadapkan  ke  pengadilan  karena  ia  dan  tiga  orang
                kawannya     telah     dituduh     merencanakan     ―persekongkolan‖     anti
                pemerintah  Belanda.  Dalam  pidato  pembelaannya  yang  berjudul
                Indonesie  Vrij  (  Indonesia  Merdeka),  Hatta  tidak  sekedar  membantah
                tuduhan  palsu  yang  diarahkan  padanya  dan  kawan-kawannya  tetapi
                juga  memaparkan  kisah  sejarah  dari  tumbuhnya  cita-cita  nasionalisme
                Indonesia. Tidak kurang pentingnya Hatta, yang resmi masih berstatus
                sebagai  mahasiswa  fakultas  ekonomi  dari  Rotterdam,  bukan  saja
                menguraikan landasan historis dari perjuangan organisasinya tetapi juga
                membayangkan  masa  depan  bangsa  yang  sedang  diperjuangkannya
                bersama-sama teman-temannya setanah air. Dalam konteks pembelaan
                perjuangan  inilah  ia  mengecam  pelajaran  sejarah  yang  bercorak
                kolonial,  yang  diberikan  di  sekolah-sekolah  pemerintah  di  tanah
                kelahiranya, Indonesia. Pelajaran sejarah yang diberikan itu hanya sibuk
                berkisah tentang aktivitas para pedagang dan penakluk Belanda, tetapi
                sama sekali mengaburkan kehadiran historis anak negeri. Mereka—para
                pelajar di sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial—seakan-



                                                                                   xi
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18