Page 29 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 29
terdapat berbagai perbedaan pendapat. Aneka perbedaan
pendapat ini dimungkinkan karena berbagai faktor.
Diantaranya karena kurangnya sumber tertulis, sikap peneliti
terhadap sumber-sumber yang ada dan prasangka yang
berlebihan serta perbedaan pendapat tentang arti masuknya
agama Islam itu sendiri (Putuhena, 1970 : 263). Selanjutnya
dikatakan bahwa paling sedikit ada tiga macam pengertian
tentang masuknya agama Islam. Pertama, Islam dikatakan
mas1.ik di suatu daerah bila telah ada seorang atau beberapa
orang asing yang beragama Islam di daerah itu. Kedua, agama
Islam dikatakan masuk ke suatu daerah bila telah ada
orang-orang atau beberapa penduduk asli yang memeluk agama
Islam. Ketiga, agama Islam dikatakan masuk ke suatu daerah
bila agama Islam telah melembaga dalam masyarakat di
daerah itu. Ketiga pendapat ini dapat disimak pada proses
rnasuk dan berkembangnya Islam di Maluku khususnya di
Maluku Utara. Masuknya Islam di Maluku Utara menurut
M. Saleh Putuhena yang telah mengadakan penelitian di
daerah itu, mengemukakan bahwa tradisi lisan setempat, yang
disampaikan H. Abdul Habib Jiko dan M.A. Chan bahwa pada
abad kedua Hijriah akhir (abad ke-8 Masehi) telah tiba di
kepulauan Maluku Utara empat orang syekh dari Irak.
Kedatangan mereka dikaitkan dengan pergolakan politik di Irak
yang mengakibatkan golongan Syiah dikejar-kejar oleh
penguasa, baik bani Umayyah maupun bani Abasiyah. Keempat
orang yang rnembawa faharn Syiah itu lalu pergi
rnenyelamatkan diri menuju ke dunia tirnur dan akhirnya tiba
di Maluku. Mereka itu adalah (1) Syekh Mansur yang
rnengajarkan agama Islam di Ternate dan Halmahera
rnuka. Selanjutnya disebutkan bahwa setelah rneninggal ia
dikuburkan di puncak Gamalarna di Ternate. (2) Syekh Yakub
rnengajarkan agarna Islam di Tidore dan Makian, dan setelah
rneninggal dikuburkan di puncak Kie Besi (Gunung Besi) di
pulau Tidore. (3) Syekh Amin dan (4) Syekh Urnar. Dua orang
tokoh ini rnengajarkan agarna Islam di Halrnahera belakang, di
daerah Maba, Patani dan sekitarnya. Dalarn beberapa surnber
keduanya dikabarkan kembali ke Irak. (Putuhena: Ibid). Jika
keterangan tersebut dapat dipercaya, rnaka keernpat orang
syekh itu dapat dianggap sebagai orang-orang Islam pertarna
14