Page 153 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 153
ISLAM DAN DAI NIPPON: RESPON INTELEKTUAL MUSLIM ATAS PENDUDUKAN
JEPANG DI INDONESIA (1942-1945)
suara”, tidak mementingkan unsur bendawi dan duniawi. Hal itu berbeda secara
signifikan dari budaya dan peradaban atau perangai Barat yang disebutnya sebagai
“heboh-keedanan dengan bentuk dan kulit yang ada di luar”, yang tidak mengenal
atau kekurangan dimensi ruhani.
Dalam konteks ini, naiknya Jepang sebagai pemimpin Asia Timur Raya
dilihat sebagai wujud dari kebangkitan peradaban Timur yang berbenturan dengan
peradaban Barat. Hal ini tentu sejalan dengan konteks politik saat itu, di mana
pendudukan Jepang di negara-negara Asia berarti pengusiran kolonialisme Barat
yang telah berkuasa di kawasan tersebut. Dalam kaitan ini, Isa Anshary mengakui
perlunya mendukung dan bekerjasama dengan tentara pendudukan Jepang,
sebagai pemimpin dari upaya kebangkitan peradaban Timur melawan peradaban
Barat. Dia menulis:
“Berabad-abad matahari Timur memancarkan cahayanya yang cerlang
cemerlang, cahayanya yang menghidupkan semesta alam ruhani umat
manusia. Berabad-abad Timur memberi cahaya kepada Barat, sebagai
pelita yang memberikan sinar ke seluruh dunia Barat. Maka berkah
hikmah Timur, karena Cahaya Asia menerangi benua Eropa, maka majulah
Negara Barat itu dalam medan penghidupan”. Karena itu, “kebangunan
Timur sekarang ini, yang perjuangannya menentang Barat dipimpin Dai-
Nippon, adalah satu solusi akbar yang akan mengubah letaknya
kemanusiaan dan Adab”.
Masih terkait isu peradaban ini, pernyataan seorang tokoh terkemuka
Muhammadiyah, yang sekaligus menjadi ketua Badan Penasehat MIAI, KH. Mas
Mansoer, penting dicatat di sini. Mengacu pada pemikirannya yang tertuang
melalui sebuah wawacara untuk majalah Djawa Baroe (3 Februari 1943), dia
memandang bahwa dunia Timur tidak hanya tempat subur bagi lahirnya apa yang
disebut sebagai peradaban Timur, tapi juga bagi agama-agama terkemuka di dunia.
“Baik Islam maupun Buddha atau Keristen semuanya lahir di benua Asia. Di
antaranya hanya Keristenlah yang lalu berjenbang ke dunia Barat. Tetapi Islam dan
Buddha mengalirkan ke dunia Asia”, demikian KH. Mas Mansoer berujar. Dengan
demikian, agama menjadi satu unsur penting dalam kebangkitan Asia Timur, yang
saat itu menjadi wacana utama pendudukan Jepang khususnya di Indonesia.
Agama memiliki posisi dan makna strategis dalam proses-proses sosial-politik yang
dilakukan Jepang.
Dalam kerangka itulah, KH. Mas Mansoer mengetengahkan satu
pemikiran yang berusaha menghimpun berbagai agama di Indonesia, dan di Asia
144