Page 162 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 162

HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH



            mendukung perang Asia Timur Raya oleh tentara Dai Nippon. Sebagaimana dimuat
            majalah Djawa Baroe (edisi 19, 1 Oktober 1943), surat pengajuan petisi tersebut
            juga mengemukakan satu pemikiran  yang tidak hanya memandang Barat, Inggris
            dan  Amerika,  sebagai  berseberangan  dengan  Islam,  tapi  lebih  dari itu  memaknai
            peperangan  terhadap  negara  Barat  tersebut,  yang  dilakukan  Jepang,  dalam
            kerangka  agama.  Berikut  adalah  kutipan  dari  majalah  Djawa  Baroe  terkait  isu
            tersebut:

                    “pandangan  hidup  Amerika  dan  Inggris  sekali-kali  tidak  cocok  dengan
                    hukum  agama  Islam.  Riwayat  Islam  di  zaman  akhir  ini  semata-mata
                    riwayat perselisihan dengan Inggris yang cerdik kancil itu. Kaum Muslimin
                    seantero dunia atas nama persatuan harus mengadakan  ‘perjalanan salib’
                    buat memerangi Amerika dan Inggris yang menjadi musuh agama”.

                    Petisi  tersebut  memang  tidak  segera  direspon.  Kaum  ulama  dan
            komunitas santri secara umum harus menunggu hampir setahun ketika akhirnya,
            pada Desember 1944, pemerintah pendudukan Jepang mengabulkan permohonan
            untuk membentuk  tentara  sukarelawan melalui  Hizbullah (tentara  Allah).  Namun
            demikian,  pandangan  di  atas  terkait  ikatan  agama  antara  Islam  dan  Dai  Nippon
            tampak semakin mendapat  dukungan luas.  Tidak seperti sebelumnya yang hanya
            tebatas  pada  dukungan  moral,  Muslim  Indonesia  sejak  awal  1944  secara  tegas
            menyatakan  bahwa  peperangan  Jepang  melawan  Barat  sebagai  ”perang  sabil
            melawan  kaum  kafir”.  Hal  ini  terefleksikan  misalnya  dalam  pernyataan  seorang
            perwira  senior  Indonesia  PETA  dan  juga  ahli  hukum  serta  pimpinan
            Muhammadiyah. Menurutnya, mereka yang gugur dalam perang tersebut adalah
            mati syahid, ”yang setelah hidup ini akan selama-lamanya hidup di sisi Allah yang
            diberkati dengan kemurahan-Nya” (Benda 1985: 175).
                    Dengan  nada  yang  sama,  pemikiran  di  atas  juga  dikemukakan  KH.  Mas
            Mansoer.  Dalam  tulisannya di majalah  Asia Raya (1  Januari  1944), Mas  Mansoer
            dengan sangat tegas menyatakan tentang besarnya dimesi Islam dalam perang Asia
            Timur Raya oleh Jepang. Hal ini jelas bisa dilihat dari judul tulisannya yang memang
            sedikit provokatif, ”Perang Asia Timoer Raja, perang Sabilillah!”. Dalam hal ini, Mas
            Mansoer  berpendapat  bahwa  Islam  menjadi  bagian  inheren  dari  perang  Jepang,
            dan  karenanya  ikut  terlibat  membela  Jepang  dalam  perang  tersebut  merupakan
            bagian  dari  kewajiban  agama.  Bagi  Mas  Mansoer,  watak  imperialis  yang
            dinisbahkan  kepada  negara-negara  Barat,  tepatnya  Inggris  dan  Amerika,  tampak
            menjadi satu alasan penting di balik pelabelan ’sabilillah’ dalam perang Asia Timu



                                                153
   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167