Page 67 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 67
BANZAI!
OPERASI MILITER JEPANG UNTUK MENGUASAI INDONESIA
124 The War History Office. Op.cit., hlm. 373.
125 Bradley, Op.cit., hlm. 86.
126 Rintangan Malaya adalah wilayah pertahanan Sekutu yang meliputi Semenanjung
Malaya, Sumatra, Jawa, dan kepulauan yang memanjang ke timur hingga barat laut
Australia.
127 Kennedy, Op.cit., hlm. 67.
128 Oktorino (3), Op.cit., hlm. 154.
129 Bradley, Op.cit., hlm. 87.
130 Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Pertempuran di Laut Jawa, lihat Oktorino (1),
Op.cit.
131 Salah satu kekejaman Jepang yang terkenal terhadap para prajurit Sekutu yang menolak
menyerah setelah penyerahan umum Tentara Hindia Belanda di Jawa adalah apa yang
dikenal sebagai “Pembantaian Keranjang Babi.” Sekitar dua ratus orang prajurit Sekutu yang
tertangkap setelah bersembunyi di pegunungan di sekitar Malang pada bulan April 1942
dipaksa masuk bergencet-gencetan di dalam kandang-kandang bambu untuk menangkap
babi hutan dan diangkut dengan gerbong terbuka di bawah sengatan matahari yang terik ke
kawasan pantai. Setengah mati karena menderita kehausan dan kejang, para tawanan
dipindahkan ke kapal-kapal dan dicampakkan yang dipenuhi ikan hiu di lepas pantai
Surabaya. Lihat antara lain Oktorino (3), Op.cit., hlm. 217–218.
132 Pemboman Rotterdam, yang dilancarkan oleh Angkatan Udara Jerman pada tanggal 14
Mei 1940, meluluhlantakkan kota pelabuhan Belanda itu. Sekalipun sebenarnya hanya
menewaskan sekitar 800 orang, bukan 30.000 orang seperti yang digembar-gemborkan oleh
propaganda Sekutu pada masa itu, pemboman Rotterdam dianggap sebagai salah satu
contoh awal dari strategi teror dari udara untuk mematahkan perlawanan musuh dan
berhasil memaksa Belanda menyerah hanya lima hari setelah serangan Hitler. Mengenai
kisah pemboman ini, silakan lihat Nino Oktorino. (2016). Not A Bridge Too Far: Kisah
Penaklukan Belanda oleh Pasukan Payung Jerman, 10–14 Mei 1940. Jakarta: Gaco Books.
133 Oktorino (3). Op.cit., hlm. 206.
134 Ibid, hlm. 75–81.
135 Ibid, hlm. 82–85.
136 Bradley, Op.cit., hlm. 101.
137 Kennedy, Op.cit., hlm. 152.
138 Ibid, hlm. 156–159.
139 Bradley, Op.cit., hlm. 88.
58