Page 56 - BUKU JUDICAL RIVIEW PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI ATAS PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
P. 56

pelatihan, atau  lembaga sertifikasi  yang terakreditasi.  Sehingga,  tidaklah   khususnya terkait dengan pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana diatur
 benar jika  kemudian dengan keberlakuan uji kompetensi  secara nasional   dalam  norma  Pasal 21 UU 36/2014,  persoalan  tersebut bukanlah menjadi
 telah  mengebiri  kemandirian  perguruan  tinggi  kaitan  dengan  kewenangan Mahkamah  untuk  menilainya. Berdasarkan  pertimbangan
 penyelenggaraan uji  kompetensi dimaksud.  Apalagi, dalam  rangka   hukum tersebut, dalil Pemohon yang pada pokoknya menyatakan Pasal 21
 penjaminan mutu lulusan,  sesuai  dengan Pasal  19  ayat (1) UU  36/2014   ayat  (7)  UU 36/2014  membuka  ruang penyelenggaraan uji kompetensi
 penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang  kesehatan hanya  dapat   mahasiswa  tenaga kesehatan diatur  ulang ataupun diubah  hanya  dengan
 menerima mahasiswa  sesuai  dengan  kuota  nasional,  sehingga uji   “Peraturan Menteri” sehingga bertentangan dengan UUD 1945 adalah tidak
 kompetensi secara nasional menjadi bagian tidak terpisahkan dalam rangka   beralasan menurut hukum.
 memenuhi standar nasional pendidikan tenaga kesehatan.   [3.13] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum tersebut di
 Berdasarkan uraian pertimbangan tersebut, dalil Pemohon yang pada   atas,  menurut  Mahkamah,  frasa “secara nasional” dalam  Pasal 21  ayat  (1)
 pokoknya  menyatakan bahwa  frasa “secara nasional” dalam  Pasal  21  ayat   dan Pasal 21 ayat (7) UU 36/2014 tidaklah melanggar prinsip negara hukum
 (1)  UU 36/2014  telah  mengebiri  kemandirian masing-masing perguruan   dalam  Pasal 1 ayat (3) UUD 1945  dan kepastian hukum dalam  Pasal 28D
 tinggi  khususnya terkait  penyelenggaraan uji kompetensi adalah tidak   ayat (1) UUD 1945. Oleh karena itu, permohonan Pemohon tidak beralasan
 beralasan menurut hukum.   menurut hukum untuk seluruhnya.
 [3.12.2] Bahwa Pemohon  mendalilkan  Pasal  21  ayat (7) UU  36/2014  membuka
 ruang penyelenggaraan uji kompetensi mahasiswa tenaga kesehatan diatur   F.  AMAR PUTUSAN
 ulang ataupun diubah  hanya dengan  “Peraturan  Menteri” tanpa  harus   Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.
 mengubah undang-  undang yang menjadi  dasar hukum  sebelumnya.
 Padahal, pelaksanaan  uji  kompetensi tersebut sebelumnya  merupakan   G.  PENUTUP
 bagian integral dari  kewenangan  yang telah  diberikan kepada  perguruan   Bahwa Putusan MK merupakan putusan yang bersifat final dan mengikat (tidak
 tinggi kesehatan.    ada upaya  hukum lain yang dapat  ditempuh)  serta langsung memperoleh
 Terhadap  dalil  Pemohon a  quo,  menurut Mahkamah, pembentukan   kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk
 Peraturan Menteri  yang didasarkan karena  adanya  pendelegasian   umum dan bersifat erga omnes (berlaku bagi setiap orang) yang wajib dipatuhi
 kewenangan dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, in casu   dan langsung dilaksanakan (self executing) oleh seluruh organ  penyelenggara
 UU,  diperkenankan sepanjang substansi  yang diatur dalam  Peraturan   negara, organ penegak hukum, dan warga Negara. Oleh karena itu, Putusan MK
 Menteri tersebut bersifat pelaksanaan terhadap peraturan yang lebih tinggi.   dalam Perkara  Nomor  56/PUU-XIX/2021  yang menyatakan  permohonan
 Hal ini dimungkinkan karena tidak semua substansi dapat diatur dalam UU,   Pemohon tidak  dapat diterima  terhadap pengujian  materil  UU  36/2014  yang
 termasuk juga UU  36/2014.  Pasal 21 ayat  (7)  UU  36/2014 memberikan   mengandung arti bahwa  ketentuan  a quo  tidak bertentangan  dengan  UUD NRI
 delegasi kepada Menteri  yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di   Tahun 1945 dan tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat.
 bidang pendidikan untuk membentuk Peraturan Menteri mengenai tata cara
 pelaksanaan Uji  Kompetensi.  Peraturan Menteri  a  quo  menjadi  penting
 keberadaanya  karena selain  menjalankan  perintah  pendelegasian yang
 diberikan oleh UU  36/2014,  Peraturan Menteri  ini  juga diperlukan untuk
 mengatur lebih  lanjut  hal-hal teknis  yang  terkait  dengan pelaksanaan uji
 kompetensi secara  nasional  agar  memiliki standar  dan tata  cara
 pelaksanaan yang sama sehingga menimbulkan kepastian hukum. Meskipun   PUSAT PEMANTAUAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
 demikian,  materi muatan dalam  Peraturan Menteri  a  quo  juga haruslah   BADAN KEAHLIAN
 selaras dan  tidak boleh bertentangan dengan  UU  36/2014  atau  bahkan   SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI
 menciptakan norma hukum baru  yang tidak diatur  dalam  undang-undang   2021
 yang memerintahkan pembentukan Peraturan Menteri dimaksud.
 Bahwa berkenaan dengan hal tersebut, andaipun terdapat Peraturan
 Menteri  yang oleh  Pemohon dianggap  bertentangan dengan UU 36/2014,


                                               51
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61