Page 77 - MAJALAH 140
P. 77

parlemen perempuan pertama. Akan                              dalam masa jabatan sebagai presiden
            tetapi, partisipasi perempuan dalam                           Argentina. Atas dasar tersebut dari sisi
            parlemen tidaklah efektif hingga tahun                        demokratisasi dapat ditegaskan, bahwa
            2001, dimana keterwakilan perempuan                           Cristina Fernandez de Kirchner yang
            dalam parlemen mencapai angka 35%.                            merupakan kandidat dari Koalisi Front
            (Elisa, 2005:166)                                             (Front for Victory) yang menang dalam
                                                                          Pemilu 2007 adalah perempuan pertama
            Pencapaian Kuota 30%                                          Argentina yang menjadi Presiden di
            Perempuan Di Parlemen                                         Argentina.
               Partai Politik di Argentina memainkan                         Kehidupan politik dan iklim demokrasi
            peranan penting dalam menentukan                              di Argentina semakin menunjukkan
            partisipasi politik perempuan. Banyak                         perkembangan dan kemajuan ke arah yang
            partai-partai politik yang belum memiliki                     lebih baik. Eksistensi kaum perempuan
            peraturan atau kuota untuk perempuan.                         kini lebih diakui. Setelah masa transisi,
            Tidak adanya peraturan atau undang-                           secara normatif perubahan besar ini
            undang wajib dalam partai politik tersebut,                   diawali dengan ditetapkannya  Ley de
            menjadi sebuah tantangan dan menjadi   Eksistensi kaum        Cupos (undang-undang regulasi kuota
            salah satu isu untuk memperjuangkan    perempuan kini         bagi perempuan) yang diundangkan
            kesempatan yang sama bagi para aktivis                        pada tahun 1991. Regulasi kuota adalah
            politik perempuan.                   lebih diakui. Setelah    bagian dari  affirmative actions atau
               Sebagai contoh yaitu penyeleng-      masa transisi,        disebut juga “diskriminasi positif” sebagai
            garaan Pemilu Argentina pada 2007 lalu.                       penyeimbang pengalaman historis yang
            Pada pemilu tersebut, Cristina Fernandez   secara normatif    diskriminatif terhadap perempuan. Di
            de Kirchner berhasil mengungguli       perubahan besar        Argentina, regulasi kuota bersifat wajib
            para pesaingnya dengan keunggulan                             untuk dipenuhi setiap partai politik
            cukup telak hanya dengan satu putaran   ini diawali dengan    (parpol) dimana salah satu ketentuan
            saja, sehingga dengan keunggulan itu    ditetapkannya         penting dari Ley de Cupos ini mengatur
            tidak diperlukan lagi pemilu putaran                          bahwa setiap parpol untuk paling tidak
            kedua. Kemenangan Cristina dalam        Ley de Cupos          memenuhi 30% (persen) calon legislatif
            pemilu tersebut merupakan sejarah baru   (undang-undang       perempuan dalam proporsi yang memiliki
            sepanjang perjalanan politik Argentina.                       kemungkinan untuk terpilih. Karena
            Cristina terpilih sebagai presiden    regulasi kuota bagi     itu, parpol tidak dibolehkan memuat
            perempuan pertama di negara tersebut   perempuan) yang        perempuan di urutan belakang dalam
            yang benar-benar dipilih oleh rakyat   diundangkan pada       daftar caleg yang diajukan.
            melalui pemilu yang demokratis.                                  Dalam partai politik di Indonesia juga
               Sejarah politik Argentina mencatat,   tahun 1991.          sudah diatur bahwa setiap partai politik
            belum pernah ada seorang perempuan                            harus memperhatikan keterwakilan
            yang terpilih menjadi presiden melalui                        perempuan sebanyak 30%. Namun, tidak
            pemilu di negeri tersebut. Umumnya                            ada sanksi yang tegas terhadap partai
            kepemimpinan dijabat oleh seorang laki-                       yang melanggar seperti yang diatur di
            laki dengan nuansa militerisme yang kuat.                     Argentina. Ley de Cupos mengatur adanya
            Akan tetapi, memang pada pemerintahan                         penolakan terhadap partai yang tidak
            sebelumnya, yakni pada tahun 1970-an                          memenuhi kuota perempuan untuk ikut
            Argentina pernah dipimpin oleh seorang                        dalam pemilu. Bagi parpol yang gagal
            presiden perempuan, yaitu Maria Estella                       memenuhi kualifikasi tersebut, akan
            Martinez Peron atau yang lebih dikenal                        ditolak berkompetisi dalam pemilu.
            dengan Isabel Peron. Namun posisi Isabel                      Hasilnya, pada awal aturan ini diterapkan,
            Peron berbeda dengan Cristina. Isabel                         terjadi kenaikan signifikan representasi
            merupakan istri ke tiga dari Presiden                         perempuan di ti ngkat DPR Argentina
            Argentina (Juan Peron) menjadi presiden                       pada tahun 1993, menjadi 21,3 persen,
            tanpa mengikuti Pemilu. Ia menjadi                            sedangkan pada tahun 1991 tingkat
            presiden menggantikan suaminya yang                           partisipasi perempuan di DPR Argentina
            meninggal pada tahun 1974 saat ia masih                       hanya 4,6 persen. 







                                                                         PARLEMENTARIA   EDISI 140 TH. XLVI - 2016  l  77
   72   73   74   75   76   77   78   79   80