Page 70 - MAJALAH 200
P. 70

TO KO H





                                          Dyah Putri Ambarwati


             Pejuang Hati, Melawan Penyakit Hati






                                                  “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
                                                    bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-
                                                      Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam
                                                        Shahihul Jami’ no:3289). Karena sesungguhnya
                                                          ketika seseorang berbuat baik kepada orang lain,
                                                           manfaatnya akan kembali kepada dirinya, baik
                                                           secara langsung atau tidak langsung.






                                                                                          enjadi orang yang
                                                                                          bermanfaat dan memiliki
                                                                                          kepedualian sosial,
                                                                                          melakukan atas dasar
                                                                              Mkesadaran dan panggilan
                                                                               jiwa tanpa ada rasa pamrih sudah
                                                                               menjadi sikap langka saat ini. Dyah Putri
                                                                               Ambarwati bagaikan malaikat penolong
                                                                               tak bersayap yang nyata berbuat
                                                            Dyah Putri Ambarwati. Foto: Ist
                                                                               untuk para penderita atresia billier atau
                                                                               penyakit kelainan hati yang sifatnya
                                                                               kronis, progresif, dan baru diketahui
                                                                               ketika bayi sudah lahir.
                                                                                 Dyah yang sehari-hari berprofesi
                                                                               sebagai Asisten Apoteker Mahir di
                                                                               Rumah Sakit Ketergantungan Obat
                                                                               (RSKO) Jakarta, secara sadar dan
                                                                               tergugah membantu para penderita
                                                                               atresia billier.
                                                                                 Kemantapan hati itu mendapat daya
                                                                               dorong setelah Dyah membaca buku
                                                                               yang menguras emosinya pada Tahun
                                                                               2010. Buku yang berkisah tentang
                                                                               perjuangan seorang ibu mencari jalan
                                                                               kesembuhan untuk anaknya yang
                                                                               mengidap Atresia Billier yang berjudul
                                                                               Ketika Bilqis Harus Cangkok Hati.
                                                                                  Awalnya, Dyah mengekspresikan
                                                                                 panggilan jiwanya dalam gerakan
                                                                                  sosial berawal sekitar Februari 2015.
                                                                                  Saat itu Dyah berjualan nasi kotak
                                                                                   untuk berbagi seharga sepuluh
                                                                                   ribu rupiah. Gerakan nasi kotak



            70    PARLEMENTARIA      EDISI 171      TH. 2019
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75